Sunda Kelapa menjadi salah satu pelabuhan yang unik di Indonesia. Karena pelabuhan ini merupakan perpaduan antara heritage port dan pelabuhan komersial bisnis.
Para pengunjung atau touris yang datang ke pelabuhan ini, pasti memiliki dua tujuan, sebagai pelancong, atau pebisnis.
Ocean week yang pada hari Senin lalu ke pelabuhan ini pun melihat pemandangan menarik, khususnya di dermaga kapal rakyat.
Jajaran kapal kayu yang sedang merapat di dermaga, ada yang sedang membongkar muat barang atau ada pula kapal yang benar-benar disandarkan sembari menunggu muatan.
Para buruh ‘panggul’ bongkar muat dengan sigap tampak tengah membawa muatan atau bongkaran barang dari dan ke kapal.
Senin siang itu, sinar mentari sangatlah menyengat, namun para buruh panggul pelabuhan tak menghiraukannya, seolah panas sudah menjadi sahabatnya.
Ketika bergeser ke area Sunda Kelapa yang lain, tampak kapal-kapal niaga sedang membongkar muatannya. Tapi, disini tak lagi ada buruh panggul, karena kegiatan sudah separohnya menggunakan peralatan mekanik. Bahkan muatan ada yang langsung dibawa oleh truk-truk.
Kegiatan yang menggunakan petikemas juga sudah ada di pelabuhan tertua di Jakarta ini.
Sayang, kesemrawutan masih sangat tampak pada pinggir dermaga beraktivitas komersial ini. Akses jalannya pun perlu mendapat perhatian, apalagi jika musim penghujan, dipastikan ‘becek’.
Gudang-gudang disini juga tampak memprihatinkan, dan perlu perbaikan.
Namun semua itu sudah masuk dalam pemetaan PT Pelindo II Cabang Sunda Kelapa sebagai pengelola pelabuhan ini.
Ketika ditemui Ocean Week di Kantornya, GM Pelindo II Sunda Kelapa Kurnia Jaya menyampaikan bahwa pihaknya bakal melakukan penataan terhadap kawasan pelabuhan.
“Sekarang ini masih menunggu finalisasi design nya, mungkin tahun ini (2020) selesia dan kemudian pelaksanaan,” katanya.
Menurut Kurnia, Sunda Kelapa akan dilakukan penataan. Baik pada kegiatan petikemas, maupun curah serta general kargo, termasuk untuk kapal-kapal rakyat.
Penataan area pelabuhan Sunda Kelapa dipandang perlu, karena apakah pelabuhan ini akan dijadikan kawasan heritage atau pelabuhan komersial.
Jika menilik pada aktivitasnya, sudah lumayan besar. Sebagai contoh, traffic kapal di tahun 2019 saja tercatat 3.184 unit atau 2.788.478,5 GT.
Untuk semester I 2020, arus kapal mencapai 1.302 unit atau 1.155.041 GT.
Sedangkan trafik barang tahun 2019 tercapai 2.849.076 ton/m3 dan petikemas sebanyak 89.018 TEU atau 86.737 box. Dan semester I tahun ini sudah mencapai 1.112.085 ton, serta 36.958 TEU atau 35.885 box.
Kurnia berharap, penataan yang bakal dilakukan perseroan, akan memperoleh dukungan dari semua pihak disini. Baik pemerintah maupun stakeholders lainnya.
Port Heritage
Sunda Kelapa, memang sudah tak asing lagi bagi masyarakat lokal maupun tourist mancanegara, khususnya Belanda.
Kehadiran pelabuhan ini sudah ada sejak abad ke-5, masa Kerajaan Sunda. Pelabuhan ini sempat jadi primadona dan strategis sebagai perdagangan rempah-rempah terbesar di Asia.
Sejarah mencatat, pada tahun 1859 pelabuhan Sunda Kelapa mulai sepi dari akitifitas perdagangan. Dan kemudian dipindahkan ke Tanjung Priok.
Karena itu, sekarang Sunda Kelapa lebih populer dikenal menjadi pelabuhan heritage.
Pada tahun 2017 lalu, kala itu Menteri BUMN Rini Soemarno sudah meresmikan Sunda Kelapa sebagai heritage port.
Dan pencanangan itupun kemudian dieksekusi oleh RJ Lino waktu menjabat sebagai Dirut PT Pelindo II. Bahkan MoU dengan Pemporv. DKI Jakarta untuk mengembangkan heritage port Sunda Kelapa bakal dilakukan.
Apalagi Presiden Jokowi sewaktu mendeklarasikan poros maritim Indonesia dengan program tol lautnya juga dilakukan diatas kapal rakyat, di Sunda Kelapa.
Elvin G. Masassya sewaktu menjabat Dirut Pelindo II pun cukup peduli dan ingin mewujudkan port Heritage Sunda Kalapa, tapi lagi-lagi tak kesampaian keburu sudah dipindahtugaskan.
Makanya, hingga saat ini, obsesi menjadikan heritage port Sunda Kelapa secara utuh belum sepenuhnya tercapai.
Apakah pada era Arif Suhartono sebagai Dirut IPC ini mampu merealisasikan wujud pembangunan port Heritage Sunda Kelapa secara utuh sebagai destinasi wisata DKI Jakarta melengkapi wisata Kota Tua Jakarta, pastinya semua menunggu gebrakan nyatanya.
Yang jelas jaman sudah berubah. Pengelola pelabuhan mesti menyesuaikan dengan kondisi dan situasinya. Apalagi di era digitalisasi yang sudah four point zero (4.0), Sunda Kelapa mau tak mau mesti mengikuti perkembangan jaman, kalau tak mau ketinggalan.
Kalau dilihat dari kegiatan disini, keluar masuk kapal niaga cukup besar. Tak kurang dari 150 unit kapal per bulan menyinggahi Sunda Kelapa.
Jutaan barang setiap tahun dibongkar muat lewat pelabuhan ini. Dan banyak (puiuhan ribu) turis lokal maupun asing berkunjung ke pelabuhan yang familiar dengan buruh panggul nya itu.
Kini yang masih jadi PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah (KSOP) maupun operator antara lain bagaimana mewujudkan Sunda Kelapa sebagai port Heritage dan pelabuhan Komersial.
Barangkali sistem Inaportnet menjadi yang prioritas. Karena dengan sistem itu, pengawasan bakal menjadi lebih mudah, apalagi kalau di pelabuhan ini diterapkan wajib pandu tunda, pasti pemerintah dan operator akan lebih bisa mengontrol dalam ketertiban dan yang terpenting adalah untuk keselamatan pelayaran.
GM IPC Sunda Kelapa Kurnia Jaya berharap semua itu dapat terealisasi di era kepemimpinannya. (**)