Kapal Ever Ace adalah salah satu kapal kontainer terbesar di dunia dari kelas A milik Evergreen Marine. Kapal ini memiliki kapasitas nominal 23.992 TEU (Twenty-Foot Equivalent Units), panjang sekitar 400 meter, lebar sekitar 61,5 meter, dan draught (kedalaman muat) desain sekitar 14,5 meter.
Mesin penggeraknya adalah mesin dua langkah (two-stroke) Wärtsilä dengan daya sekitar 70.950 kW. Hal itu memungkinkan kapal berlayar dengan kecepatan sekitar 22,6 knot.
Sejak pengiriman pertamanya pada Juli 2021 oleh galangan Samsung Heavy Industries di Korea Selatan. Dilansir dari situs e-ports.com, Ever Ace sudah melakukan beberapa perjalanan penting yang menandakan kapasitasnya dalam jalur Asia-Eropa.
Rute-rutennya meliputi pelabuhan seperti Qingdao, Shanghai, Ningbo, Taipei, Yantian, Rotterdam, Hamburg, dan Felixstowe. Pada panggilan perdananya di pelabuhan-pelabuhan tersebut, Ever Ace sempat mencetak rekor dengan muatan aktual (actual loading) melebihi 21.700 TEU.
Konstruksi dan desain Ever Ace mencerminkan teknologi modern dalam industri pelayaran global, termasuk aspek efisiensi operasional dan ramah lingkungan.
Kelas A Ever-A (Evergreen A-Class) adalah rangkaian kapal yang dipesan Evergreen untuk memperbaharui armada kontainernya dan meningkatkan kapasitas pengiriman di jalur CEM (China-Europe-Mediterranean).
Beberapa fitur teknis seperti scrubber (sistem pembersih emisi gas buang) ikut disematkan, agar lebih bersahabat terhadap regulasi lingkungan laut dan polusi udara.
Keberadaan Ever Ace membawa dampak besar bagi pelabuhan dan logistik global. Karena ukurannya yang sangat besar, hanya pelabuhan dengan kedalaman air (draft) dan fasilitas dermaga yang memadai yang mampu melayaninya.
Pelabuhan seperti Felixstowe, Rotterdam, Hamburg, Yantian, dan Colombo sudah disiapkan infrastrukturnya untuk menangani kapal sebesar Ever Ace. Dengan kapasitas besar ini, Ever Ace membantu menurunkan biaya per unit pengiriman dalam skala besar dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan antar benua.
Pertanyaannya, jika kapal ini masuk ke Indonesia, apakah ada pelabuhan yang sanggup melayaninya. Dan apakah fasilitas pelabuhan bisa disandarinya. (**/rri.co.id)





























