Pengamat perkapalan nasional Tjahjono Roesdianto menyatakan bahwa kemarahan Presiden Prabowo Subianto yang mengetahui banyak industri galangan kapal di Indonesia yang menganggur sebagaimana disampaikan melalui adik Presiden RI Hashim Djojohadikusumo, dinilainya wajar karena kondisi saat ini pembangunan kapal didominasi tug and barge, sehingga suara yang keluar ‘Nyaring’.
“Kondisi saat ini untuk sektor pembangunan kapal baru didominasi tug and barge, bisa di bilang lagi booming. Tapi karena jenisnya tug and barge, suaranya kurang nyaring dan tidak merata pelaku galangan nya, sedangkan untuk kapal yang bergengsi dari swasta bahkan dari BUMN maupun instansi pemerintah masih baru mulai disiapkan untuk tahun ini,” ujar mantan Ketua Umum organisasi galangan kapal Indonesia (Iperindo) itu kepada Ocean Week, Selasa pagi melalui WhatsApp nya.
Bahkan, kata mantan Direksi perusahaan galangan BUMN Dok Koja Bahari ini, suara-suara miringnya mau beli dari Luar Negeri saja karena lebih cepat deliverynya dan lebih kompetitif harganya.
“Untuk kapal-kapal bergengsi tersebut kebanyakan di Dalam Negeri dikerjakan bersamaan waktunya dengan design, inilah yang jadi penyebab keterlambatan,” ungkap Roesdianto.
Padahal menurut dia, idealnya design disiapkan terlebih dulu sampai dengan class approved baru kontrak pembangunan di mulai, sementara galangan sendiri dan industri komponennya sejauh sudah bisa produksi, sudah siap.
Seperti diketahui Adik Presiden RI Hashim Djojohadikusumo bercerita kemarahan Prabowo setelah mengetahui banyak sekali industri galangan kapal di Indonesia yang menganggur.
Padahal sejatinya banyak sekali permintaan kapal di Indonesia, yang pada akhirnya dipenuhi dengan produk impor dari pabrikan luar negeri. Bahkan, ada BUMN yang harus impor kapal dari luar negeri.
Sementara itu, Ketua Umum Institusi Galangan Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Anita Puji Utami membenarkan kemarahan dan kekecewaan Presiden Prabowo Subianto setelah mengetahui kondisi industri galangan kapal di Indonesia saat ini banyak yang tidak produksi.
Anita juga membenarkan jika dock space untuk pembangunan kapal baru pada galangan kapal dalam negeri saat ini banyak yang menganggur akibat sepinya order dalam beberapa tahun terakhir, baik dari lembaga dan kementerian pemerintah, BUMN maupun swasta.
Padahal, pelaku industri galangan kapal sudah investasi yang tidak sedikit untuk membeli berbagai fasilitas penunjang, terutama sejak kebijakan asas cabotage di berlakukan sehingga kebutuhan kapal dalam negeri meningkat.
Hingga saat ini, galangan kapal di Indonesia sudah berpengalaman dalam membangun berbagai jenis kapal niaga seperti tanker, bulk carrier, semen carrier, general cargo, kapal kontainer, tug and barge, dan kapal perang seperti patrol vessel, offshore patrol vessel, light fregat, kapal selam, serta kapal-kapal penunjang offshore, dan sebagainya.
Ani menyampaikan bahwa untuk mendukung pemerintah dalam menyediakan kapal kebutuhan dalam negeri, galangan kapal nasional mempunyai kapasitas membangun sekitar 900 kapal per-tahun dan 24.000 dock space per-tahun untuk mendukung kegiatan reparasi kapal.
Di sisi lain, jelasnya, Iperindo sudah mengidentifikasi perkiraan kebutuhan kapal dalam negeri dalam beberapa tahun ke depan. Kapal- kapal tersebut merupakan pesanan kementerian dan lembaga seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertahanan, Bea Cukai, Basarnas, Bakamla dan Pemerintah Daerah.
Kemudian kapal-kapal kebutuhan BUMN dan anak-anak perusahaannya, seperti PT Pertamina, PT Pelindo, PT PLN, PT Bukit Asam, PT ASDP Indonesia Ferry, PT Djakarta Lloyd, PT Pelni dan sebagainya.
Selain itu adanya kebutuhan untuk angkutan minerba, serta potensi kebutuhan kapal-kapal pesanan swasta melalui program peremajaan kapal berusia diatas 25 tahun, yang jumlahnya cukup besar.
Dia berharap para pimpinan kementerian, lembaga dan BUMN yang memesan kapal, agar mendukung kebijakan Presiden Prabowo untuk memprioritaskan pembangunan kapal pada galangan dalam negeri, dan dikerjakan oleh anak bangsa.
“Pembangunan kapal pada galangan dalam negeri akan memberikan multiplayer effect yang luas terhadap sektor ekonomi lainnya seperti industri komponen, asuransi, perbankan, jasa survey, biro klasifikasi dan sebagainya, dalam rangka mendukung target Pertumbuhan Ekonomi 8%,” katanya.
Anita menjelaskan galangan kapal merupakan industri padat karya, padat modal dan padat teknologi sehingga jika usaha galangan kapal hidup, mampu mengurangi angka pengangguran dan mendukung program pengentasan kemiskinan.
Selain itu, industri galangan akan menggerakkan dan menumbuhkan usaha kecil dan menengah di area sekitar galangan kapal sehingga kehadiran industri ini mampu menumbuhkan perekonomian di daerah. (***)