Politeknik Bumi Akpelni (akademi pelayaran Niaga Indonesia) Semarang hingga kini telah meluluskan sebanyak 6.789 orang, terdiri dari 2.423 orang jurusan Nautika, 2.234 Teknika, dan KPN 2.132 orang.
Dari para lulusan tersebut, mayoritas terserap untuk memenuhi lapangan kerja di dalam negeri. Hanya sekitar 3,9 % terserap bekerja di luar negri.
“Lulusan dari Politeknik Bumi Akpelni mayoritas terserap di perusahaan pelayaran, instansi pelabuhan, perusahaan jasa ekspor impor, maupun instansi pemerintah di dalam negeri. Ada sekitar 3,9 persen yang terserap bekerja di luar negeri,” kata Cahya Fajar, Direktur Politeknik Bumi Akpelni Semarang, kepada Ocean Week, di ruang kerjanya, Jumat siang (7/8).
Pernyataan itu diiyakan H. Sudirman, ketua II Yayasan Wiyata Dharma. “Sebagai Yayasan yang menaungi Politeknik Bumi Akpelni, kam selalu berharamemberi support pengelola. Kampus yang kami bangun ini semoga bisa kami dedikasikan kepada bangsa dan negara Indonesia, dan dapat maju, dan dapat berkontribusi positif dibidang kemaritiman untuk negeri ini,” katanya di Semarang.
Mantan Dirut PT SBN ini, juga menyatakan bahwa para tokoh yang ada di Yayasan ini antara lain H. Soenarto sebagai ketua dewan pembina, dan capt. Suharyo (ketua pengawas).
Sudirman mengaku dipercaya untuk day to day di Semarang, mengurus segala kepentingan yayasan.

Dia pun mengatakan bahwa adanya masjid kapal disini, adalah untuk membentuk karakter para taruna/mahasiswa yang ada disini (asrama), sebagaimana ide dari pembina yayasan H. Soenarto, supaya para mahasiswa setelah lulus menimba ilmu di kampus Akpelni, para perwira muda itu memiliki akhlak yang baik, mental yang baik.
Apa yang diungkapkan Sudirman, sangat dibenarkan Soenarto, pembina yayasan yang sekaligus owner pelayaran PT Gurita Lintas Samudera. “Itu alasan saya membuatkan masjid, kalau setelah lulus diharapkan perwira muda tersebut mempunyai akhlak yang baik, saat bekerja dimanapun tidak berpikir negatif. Itu dia saya,” ungkap Soenarto yang dikonfirmasi Ocean Week.

Saat Ocean Week berkunjung ke akademi ini Jumat (7/8), suasana kampus cukup ramai dengan para mahasiswa-mahasiswi yang sedang berkegiatan.
Posisi kampus ini berada di dataran cukup tinggi, di Jalan Pawiyatan Luhur, Bendan Duwur kota Semarang.
Apalagi setelah tahun 2019 lalu, di kampus ini berdiri sebuah Masjid berbentuk Kapal, konon tak pernah sepi dari kunjungan masyarakat yang datang kesini berwisata religi, dan ingin langsung melihat keindahan masjid yang tak ada duanya di kota Lumpia ini.
Ocean Week yang berkesempatan melihat dan masuk ke setiap ruangan masjid didampingi Priyanto (Humas Politeknik Bumi Akpelni), bener-bener dibuat kagum.
“Ini benar-benar kapal yang biasa di laut, dipindahkan kesini (kampus Akpelni Semarang), ada sekocinya, untuk ruang nakhoda ada juga, yah memang seperti kapal,” kata Priyanto menceritakan satu persatu ruangan dan fungsinya secara panjang lebar.

Kapal masjid berwarna putih tersebut berukuran 59 meter X 10 meter dengan tinggi sekitar 20 meter.
Ketika sampai di tingkat 4, kita bisa melihat pemandangan lanskap Kota Semarang bagian bawah dan atas yang padat dengan bangunan rumah mewah, serta jalan tol Krapayak-Jatingelah yang ramai lalu lintas mobil melintas.
Yang perlu diketahui ketika berada di lantai IV masjid, kita benar-benar seperti di kapal, sebab di ruang ini dilengkapi kemudi kapal, ada penunjuk arah, sekoci, tabung, dan pelampung. Sehingga orang yang berada di ruangan itu, tak menyangka kalau sedang berada diatas bukit.
Kata Priyanto, jika mengunjungi pada petang atau malam hari, akan tampak sangat indah karena berbagai lampu dapat terlihat menghiasi penjuru kota yang bagus dan menawan.
Karena datang di hari Jumat, masjid kapal itu cukup ramai dengan mahasiswa Akpelni maupun para dosen yang menunaikan ibadah sholat Jumat, dari lantai 1-3 penuh dengan jamaah.
Mengunjungi masjid kapal H. Soenarto cukup mudah dijangkau. Bisa lewat tol semarang-solo keluar Jatingaleh, atau lewat rute Sampangan.
Wakil direktur III Politeknik Bumi Akpelni Semarang, capt. Fakhurrozi mengatakan biaya pembangunan kapal masjid senilai Rp10,9 miliar.
“Dana pembangunan kapal masjid itu dari pribadi H. Soenarto sebesar Rp 9 miliar, dan sisanya berasal dari alumni Akpelni, Yayasan Wiyata Dharma,” katanya.
Sudirman menambahkan, bahwa ide membuat masjid kapal berasal dari Ketua Dewan Pembina Yayasan Wiyata Dharama H. Soenarto yang juga almuni Akpelni Semarang angkatan V tahun 1969.
“Makanya nama masjid itu dinamai H. Soenarto,” jelas Sudirman.
Sejak diresmikan pada tahun 2019 lalu, minat orang untuk datang berkunjung ke masjid kapal cukup besar. Namun karena sekarang dimasa pandemi covid-19, untuk sementara tertutup bagi masyarakat umum.
Program S1
Direktur Politeknik Bumi Akpelni Semarang, Cahya Fajar mengatakan kalau Politeknik Bumi Akpelni ini dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai ada program S1.
“Program S1 ini mengacu pada semangat LLDIKTI yakni peningkatan gelar dari ahli madya ke S1 atau D4. Program S1 Transportasi laut ini mengacu pada Dikti, Kementerian Pendidikan.
Memang, kata Cahya Fajar, ada beberapa kendala untuk itu, mengingat Akpelni ini berpegangan pada dua kementerian. Satu ke Kemenhub dan juga ke Kementerian Pendidikan.
“Ini yang cukup jadi kendala, untuk pendidik S1 kalau sesuai aturan harus S2, tapi untuk S2 yang juga ahli dibidang ini sangatlah sulit. Jadi ya saat ini berjalan seperti yang ada, namun tetap tak mengurangi kualitas,” ujarnya.
Dia berharap, lulusan dari Akpelni ini dapat mewarnai dunia angkutan laut nasional. (***)