Kapal pengeruk AHT Costa Fortuna 5 akhirnya tiba di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, pada Kamis (22/5/2025) pukul 08.00 WIB, setelah beberapa hari melakukan perjalanan dari Batam.
Tibanya kapal keruk tersebut, akan segera memulai proses pengerukan serta revitalisasi di pintu alur pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Hal tersebut disampaikan oleh, Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Maritim (Forkam), Marwan Ramis, kepada wartawan, di Bengkulu.
“Informasi yang kami terima pagi ini mengonfirmasi bahwa kapal yang dinantikan sudah ada di sini,” ujar Marwan.
Meskipun kapal tersebut sudah berada di lokasi, dua jenis kapal, yaitu Cutter Suction Dredger (CSD) Costa Fortuna 3 dan Anchor Handling Tug (AHT) Costa Fortuna 5, masih belum dapat merapat ke dermaga.
Kendala ini disebabkan oleh kedalaman draf kapal yang mencapai 4,5 meter, sedangkan kedalaman alur saat ini hanya 1,8 meter.
Akibat pendangkalan tersebut, terjadilah keterlambatan pasokan BBM dari PT Pertamina, karena kapal nya tak bisa merapat ke dermaga.
Ocean Week yang sedang berada di Bengkulu melihat antrean panjang kendaraan terjadi di setiap SPBU.
Marwan menjelaskan bahwa dengan kondisi yang ada, proses pengerukan akan dilakukan dari luar saluran menuju pusat Pelabuhan Pulau Baai.
“Untuk saat ini, kapal tersebut belum dapat masuk karena drafnya 4,5 meter,” kata Marwan.
Dengan datangnya kapal ini, Marwan berharap PT Pelindo akan menunjukkan komitmennya dalam memperbaiki Pelabuhan Pulau Baai secara menyeluruh.
Dia menekankan bahwa banyak orang yang bergantung pada aktivitas pelabuhan ini, yang juga berpengaruh terhadap perekonomian provinsi Bengkulu.
Seperti diketahui bahwa informasi yang Ocean Week terima bahwa saat ini ada sejumlah kapal tak bisa keluar dari pelabuhan. Sebut saja kapal milik PT Gurita Lintas Samudera dan kapalnya Temas.
Ketika dihubungi, H. Sunarto (owner PT Gurita Lintas Samudera) mengaku kalau kapalnya sudah satu bulan berada di Pulau Baai. “Kargonya mungkin sudah turun gradenya, yah.. sudah jatuh ketimpa tangga,” ujarnya.
Sementara itu, informasi yang Ocean Week terima dari Temas Tbk juga menyampaikan hal yang sama dengan H. Sunarto.
“Beruntung kami ga ada muatan, jadi kapal kosong,” ungkap pihak Temas tak bersedia disebut namanya.
Baik H. Sunarto maupun yang lain berharap, alur pelayaran dan kolam pelabuhan Baai dapat segera dikeruk, apalagi kapal keruk nya sudah ada.
Hanya saja keduanya wanti-wanti agar pekerjaan ini tak berujung dengan masalah hukum. (***)