PT Pelindo II memastikan dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok bisa dibawah 3 hari mulai Januari 2017. Caranya dengan memperbaiki sistem pengurusan dokumen online, memangkas peraturan terkait tarif penumpukan, membatasi waktu maksimal penumpukan, dan mempercepat proses bongkar muat.
“Kami memiliki komitmen untuk menyanggupi apa yang diminta oleh pemerintah pusat untuk bisa mencapai target Dwelling Time hanya 2,5 hari saja di Pelabuhan Tanjung Priok,” kata Dirut PT Pelindo II Elvyn G Masassya kepada wartawan di Bandung.
Ada sejumlah langkah yang akan dilakukan oleh PT Pelindo II untuk mencapai target yang sudah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan Pelabuhan New Priok Kalibaru Tahap Pertama (NPCT1) pada 13 September 2016 lalu.
Kata mantan Dirut BPJS Kesehatan ini, Dwelling Time bisa mencapai 2,5 hari bila seluruh peraturan dan kinerja dari tiga tahapan utama, yakni Pre Clearance, Custom Clearance, dan Post Clearance bisa dilakukan dengan maksimal mulai dari pengurusan dokumen dan proses bongkar muat dapat tercapai dengan kerja sama erat antara Pelindo II, Bea dan Cukai, Kesyahbandaran, Kantor Otoritas Pelabuhan, Balai Karantina, dan jajaran stakeholder terkait lainnya.
Elvyn juga menyatakan, secara kinerja perusahaan, Pelindo II memiliki pertumbuhan margin profit cukup besar dari semester pertama 2015 sebesar Rp 3,4 Triliun (24 persen) menjadi Rp 4,2 Triliun (32 persen) pada semester pertama 2016 dengan sumber kenaikan profit utama dari jasa kapal maupun jasa bongkar muat barang.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Pelindo II Iman Rachman mengungkapkan, hingga Agustus 2016 jumlah kapal yang dilayani sebanyak 20.791 unit. Jumlah tersebut menurun 33 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebanyak 31.056 kapal.
“Arus barang juga menurun 44 persen dari 61 juta ton menjadi 34,2 juta ton. Kecuali, arus peti kemas yang meningkat 2 persen dari 2,91 juta boks menjadi 2,97 juta boks,” ungkapnya.
Meski demikian, laba perseroan meningkat 93 persen dari Rp634,6 miliar di Agustus 2015 menjadi Rp1,22 triliun. Kemudian pendapatan operasi perseroan juga meningkat 28 persen dari Rp4,38 triliun menjadi Rp5,6 triliun.
“Kita bisa mempeloreh peningkatan laba karena ada pendapatan sewa. Selain itu, tentu kita juga beruntung karena Rupiah menguat, jadi ada pendapatan dari selisih kurs. Di luar itu ada efisiensi yang dilakukan,” imbuhnya.
Berdasarkan capaian tersebut, perseroan yakin bisa mencapai target perolehan laba bersih di akhir tahun yang ditetapkan pada angka Rp1,4 triliun. (ow)