Ketua Umum DPP Indonesia National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto menyatakan, para pengusaha pelayaran nasional mulai merasakan dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang telah menembus sekitar Rp 14.000.
“Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tembus hingga Rp 14.000 per dolar mulai berdampak terhadap pebisnis pelayaran nasional. Pelayaran masih harus terbebani dengan beberapa biaya yang pembayarannya dalam mata uang dolar Amerika, misalnya, spare part kapal. Kita tahu, sebagian besar spare part kapal saat ini masih lebih banyak impor,” kata Carmelita kepada ocean Week, Senin pagi (2/7).
Bukan hanya itu saja, ungkap Meme, asuransi kapal dengan perusahaan asing, dan pinjaman ke bank asing untuk pembangunan kapal juga perlu dibayarkan dalam bentuk dolar Amerika.
“Tentu saja hal ini memberatkan perusahaan pelayaran nasional, terutama yang domestik, sebab income pelayaran domestik bagi perusahaan pelayaran nasional menggunakan mata uang rupiah,” ujar Carmelita.
Menurut Dirut Pelayaran Andhika Lines ini, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, juga berdampak terhadap peningkatan cost of transaction para importir Indonesia.
Bagi importir, biaya yang dikeluarkan untuk nilai suatu barang tertentu akan ikut terkerek naik jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus mengalami pelemahan.
Namun, bagi eksportir justru sebaliknya. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika akan membuat nilai dari hasil produksi suatu barang yang diproduksi menjadi lebih tinggi.
Meski demikian, perusahaan nasional yang terdampak akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika tersebut tidak dapat berbuat banyak. Paling yang bisa dilakukannya adalah efisiensi pada pos-pos beban biaya yang dapat ditekan.
“Tentunya beban kita semakin berat, karena sulit bagi pelayaran nasional menaikkan freight kapal. Mungkin yang dapat dilalukan adalah efisiensi pada beban biaya yang mungkin bisa ditekan,” ungkap Carmelita.
Meme berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ini cepat stabil. “Karena kita perlu menyesuaikan dan menata ulang rencana bisnis jika terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang,” ucapnya. (***)