Indonesia National Ship Owners (INSA) menyatakan sangat mendukung rencana pembangunan pelabuhan di Kerawang atau dimanapun di wilayah Jawa Barat (Jabar), apalagi yang berdekatan dengan daerah industry.
Sebab, pembangunan pelabuhan itu sebagai penunjang pelabuhan Tanjung Priok yang sudah sangat padat. “Dengan begitu akan dapat menurunkan waktu tunggu kapal di pelabuhan, dan mengurangi traffic kepelabuhanan,” kata Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto, didampingi Darmansyah, salah satu wakil ketua umum kepada Ocean Week, di Jakarta.
Sebagaimana diketahui, pemerintah memutuskan akan membangun Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat menggantikan Pelabuhan Cilamaya di Karawang. Pelabuhan berkapasitas 7,5 juta TEU (Twenty Foot Equivalent Unit) dan 250 ribu mobil ini akan mulai dibangun pada 2017.
Pembangunan tahap I direncanakan rampung pada 2019. Nilai investasi yang dibutuhkan membangun pelabuhan secara total sekitar Rp 40 triliun.
Presiden RI Joko Widodo mengatakan, Indonesia membutuhkan pelabuhan besar di Pantai Utara Jawa Barat. Jokowi memandang pelabuhan alternatif itu perlu mengingat pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada semakin padat seperti di Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Tanjung Perak di Surabaya. Pelabuhan diperlukan untuk meningkatkan efisiensi transportasi dan efisiensi logistik. Jokowi menargetkan kapasitas kurang lebih 7,5 juta TEU itu tercapai tahun 2037.
Jokowi, dalam Rapat Terbatas membahas Pelabuhan Patimban di Kantor Presiden, Jakarta, awal Mei 2016 berharap dengan pelabuhan itu, jalur distribusi dan lalu lintas tidak perlu lagi menempuh jalur darat yang terlalu jauh untuk sampai ke Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
“Awalnya akan dibangun di Cilamaya tetapi pembangunan di Cilamaya bisa mengganggu potensi infrastruktur migas dan dan lain-lainnya. Oleh sebab itu, dicari lokasi alternatif di luar Cilamaya dan ketemu di Patimban, Kabupaten Subang Jabar, lokasi yang paling sesuai,” katanya.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, sebenarnya Patimban salah satu pilihan dari pilihan-pilihan lainnya di Jabar. Nantinya, di pelabuhan itu juga dibangun terminal kendaraan berkapasitas 250 ribu mobil. Jika skema pembiayaannya disetujui, rencana pembangunannya dimulai tahun 2017.
Pelabuhan, menurut Jonan, sangat penting karena ekspor dalam kapasitas yang besar juga didorong dengan adanya pelabuhan alternatif itu. Apalagi industrialisasi di Jabar juga termasuk besar sehingga ekspansi di Tanjung Priok tidak akan cukup menampungnya.
Jonan mengatakan biaya pembangunan pelabuhan ini masih dalam penghitungan. Dengan tahap pertama 1,5 juta TEU dan 250 ribu mobil, dia memperkirakan akan ada arus uang sehingga tidak perlu ada pinjaman tambahan. (ow)