Sejumlah fasilitas di pelabuhan Tanjung Priok terkesan mubazir karena tak dimanfaatkan sebagaimana peruntukannya.
Sebut saja gudang ex MKT di sekitar pos 9 yang dulu dioperasikan oleh PT Samudera Indonesia. Lalu dermaga JICT 2.
Untuk gudang tersebut, sudah kosong mulai era Dirut Pelindo 2 RJ Lino sampai Dirut penggantinya, Elvyn G. Masassya belum diaktifkan kembali.
Padahal, gudang yang terletak disamping TPS dan gudang PT Agung Raya ini jika dioperasikan mampu mendapatkan penghasilan puluhan miliar rupiah pertahun. Sekarang gudang itu dibawah pengelolaan PT MTI, anak perusahaan PT Pelindo II, dan terlihat seperti bangunan tua yang tak terurus.
“Mestinya pak Elvyn (Dirut Pelindo 2) bisa meminta kepada pihak MTI untuk mengoperasikan lagi, karena pasar yang membutuhkan gudang cukup besar,” kata salah satu pengguna jasa kepada Oceanweek, Senin (17/7), di Jakarta.
Dari pada berencana membangun CFS Center yang memerlukan waktu lama, lebih baik gudang itu bisa dihidupkan lagi. Apakah praktiknya pihak MTI akan menggandeng mitra atau bagaimana, serahkan saja pada pihak pengelola.
Selain itu, ada pula fasilitas yang idle yakni dermaga JICT 2. Sudah bertahun-tahun fasilitas ini ‘mati suri’, padahal jika tak ada keterikatan dan perjanjian pada kontrak antara JICT-Pelindo II, dermaga ini dapat digunakan untuk melayani kapal-kapal kontainer domestik.
Mengingat saat ini, di pelabuhan Piok, untuk kegiatan kapal general kargo domestik kekurangan dermaga. Itu mungkin dikarenakan persentase kegiatan kapal domestik dibandingkan internasional antara 70:30 persen.
Oleh sebab itu, para pengguna jasa berharap, direksi Pelindo II berani untuk mengambil keputusan tegas terhadap pemanfaatan fasilitas yang dinilai idle tersebut.
Bahkan, ada salah satu pengguna jasa menyindir direksi Pelindo sekarang ini. “Kita lihat saja, mulai dari penggantian direksi Pelindo II, gudang ex MKT itu sudah kosong, sekarang masih juga kosong, jadi apa sebenarnya yang diinginkan direksi Pelido II,” ungkapnya tak mau disebut namanya. (***)