Industri angkutan penyeberangan nasional masih terus dirundung duka. Perjuangan untuk bertahan selama satu tahun di 2020 sangatlah berat.
Berbagai upaya dari Gapasdap, organisasi yang menaungi para usaha kapal penyeberangan ini cukup gigih beberapa tahun terakhir ini.
Ketua Umum Gapasdap, Khoiri Soetomo, membenarkan bahwa menutup tahun 2020 ini, industri Angkutan Penyeberangan Nasional sangat banyak mendapatkan ujian.
Pada lintasan Merak-Bakauheni, contohnya, sudah cukup berat dialami industri ini. Bahkan sempat tersiar kabar sudah banyak yang tak sanggup beroperasi, karena persaingan yang sangat ketat.
“Bersyukur, setelah sekian lama berjuang untuk moratorium perijinan karena oversupply dan 3 tahun berjuang untuk dapat penyesuaian tarif, dan baru mendapatkannya, pada 1 Mei 2020 sudah terdampak sangat serius dengan pandemi corona yang sampai sekarang masih terus menanjak angka penyebarannya,” kata Khoiri saat dihubungi Ocean Week, Minggu sore (27/12).
Khoiri mengaku prihatin, karena belum selesai 2 masalah besar di atas sudah ada pesaing baru Short Sea Shipping Tanjungwangi – Gilimas Lombok yang mengambil hampir separuh pangsa pasar para anggauta Gapasdap di Ketapang Gilimanuk dan Padangbai Lembar.
“Kami perjuangkan untuk dapat membuka Lintasan Long Distance Ferry dari Ketapang langsung menuju Lembar Lombok dari awal Agustus, meskipun cukup waktu kami menunggu, akhirnya pada tanggal 26 Desember 2020, kami mulai pelayaran Penyeberangan Perdana LDF Ketapang Lembar yang melayani langsung dengan jadwal tetap, dengan standard SPM dengan tarif yang pasti karena diatur sesuai dengan Peraturan Menhub,” ujarnya menjelaskan.
Khoiri dan para anggauta Gapasdap berharap semoga rute itu dapat memberikan nilai tambah yang maksimal bukan hanya kepada para Pemakai jasa, namun juga untuk seluruh pemangku kepentingan industri angkutan Penyeberengan Nasional terutama perekonomian wilayah NTB khususnya dan Nasional umumnya.
Tujuh Kapal
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, pada Sabtu (26/12/2020) lalu meresmikan pengoperasian perdana rute pelayanan Ketapang-Lembar.
“Rute pelayaran Ketapang-Lembar merupakan rute penyeberangan jarak jauh ketiga setelah Surabaya-Lembar dan Jakarta-Surabaya. Ini dimaksudkan untuk mengurai kemacetan di Bali,” kata Budi Setiyadi.
Ada 7 kapal dari 7 operator yang sebagian besar berdomisili di Pelabuhan Lembar, Lombok.
Berikut ketujuh kapal yang disiapkan melayani penyeberangan Ketapang-Lembar, yakni KMP Jambo X, KMP Liputan XII, KMP Portlink VII, KMP Dharma Ferry VIII, KMP Munic VII, KMP Parama Kalyani, dan KMP Swarna Cakra.
Dengan tujuh kapal, dan jarak sejauh 125 mil dapat ditempuh dengan sailing time 12,5 jam, waktu pelayanan 3 jam.
Per hari ada 8 trip, dengan jadwal tetap dan teratur. Dengan demikian, pemanfaatan waktu dan harga pun menjadi lebih efisien.
Pengoperasian lintas Ketapang-Lembar ini diharapkan dapat mendukung pembangunan daerah sekitar Ketapang dan Lembar dengan memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru serta mendukung pembangunan nasional secara keseluruhan, mendukung pertumbuhan dan pelayanan sektor lain seperti pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), serta memberikan multiplier effect pada perekonomian di Jawa Timur dan NTB.
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi, mengatakan pihaknya mendukung program pemerintah dalam memajukan sektor pariwisata, khususnya Pemprov Bali melalui peningkatan layanan angkutan ferry jarak jauh Ketapang-Lembar ini.
“Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan KM 308 Tahun 2020 Tentang Penetapan Lintas Penyeberangan Antara Ketapang-Lembar, sebagai wujud dukungan terhadap kebijakan Gubernur Bali untuk mengurai kepadatan lalu lintas di Gilimanuk- Denpasar,” ujarnya.
Tarif untuk lintas tersebut didasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 309 Tahun 2020 tentang Tarif Ketapang-Lembar, untuk penumpang kelas ekonomi dewasa Rp105.800 dan bayi Rp12,600.
Sedangkan untuk kendaraan dengan tarif sebagai berikut, Golongan 1 Rp 115,890, Golongan 2 Rp 212,000, Golongan 3 Rp 352,710, Golongan 4 Penumpang Rp 1.083.690, Golongan 4 Barang Rp 1.042.510, Golongan 5 Penumpang Rp 1.992.935, Golongan 5 Barang Rp 1.870.815, Golongan 6 Penumpang Rp 2.952.710, Golongan 6 Barang Rp 2.937.470, Golongan 7 Rp 3.872.770, Golongan 8 Rp 5.212.110, dan Golongan 9 Rp 7.515.710.
Masyarakat yang akan melakukan perjalanan Ketapang-Lembar dapat membeli tiket go show di Terminal Sri Tanjung, Banyuwangi dan melakukan pembayaran secara cashless dengan menggunakan kartu uang elektronik antara lain Brizzi (BRI), e-Money (Mandiri), TapCash (BNI), Flazz (BCA). (***)