Dunia usaha dan Masyarakat wilayah Indonesia Timur sangat apresiatif terhadap program Tol Laut pemerintah, karena dengan adanya tol laut, diharapkan disparitas harga komoditi antara berbagai wilayah di Indonesia tidak lagi beda jauh.
Namun kenyataannya, Pemerintah (Kementerian Perhubungan/Kemenhub) perlu dan penting mengecek apakah dengan adanya tol laut itu disparitas harga sudah benar-benar tidak ada. Sebab, realitasnya meski rate tariff dari pelayaran pengangkut sudah turun hingga 30%, tetapi di pasaran, harga-harga komoditi di daerah yang wilayahnya disasar trayek ini masih tetap tinggi.
“Info yang saya peroleh dari pelabuhan-pelabuhan yang sudah dimasuki kapal-kapal tol laut, infonya barang tetap mahal bahkan cenderung naik. Meskipun tariff pelayaran swasta sudah kompetisi dengan tol laut, tapi kenyataannya harga barang ya sama saja,” kata Koordinator Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Maluku dan Papua, Muhammad Coya kepada Ocean Week by phone, Sabtu (12/11).
Padahal, dengan kompetisi tariff yang dilakukan pelayaran, jelas Coya, efeknya pelayaran mesti melakukan efisiensi internal termasuk kemungkinan reduce jumlah karyawan.
Coya juga menyatakan bahwa menurunkan biaya transportasi tidak serta bisa menurunkan harga barang. “Kalo pedagangnya emoh (tidak mau-red) menyesuaikan harga kita mesti bilang apa, karena pedagang itu pasti inginnya memperoleh profit lebih besar,” ujarnya.
Kondisi diatas juga mencuat sekilas pada acara Forum Konsolidasi Indsutri Kemaritiman Nasional di Kempinski Hotel, Jakarta, Rabu (9/11) lalu. “Kami pelayaran sudah menurunkan tariff tapi harga barang masih tetap sama nggak turun. Karena banyak pedagang spekulan yang bermain,” kata Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto.
Sementara itu, Menhub Budi Karya Sumadi menyatakan pemerintah telah meluncurkan dan mengoperasikan enam trayek tol laut sebagai program andalan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Program tol laut ini diupayakan agar terus berjalan melalui inisiasi, di antaranya revitalisasi pelabuhan sampai menggairahkan industri galangan kapal di Indonesia.
Budi juga mengatakan, program tol laut telah membuahkan hasil dan menurunkan disparitas harga di Indonesia bagian Barat dan bagian Timur.
”Program tol laut yang selama ini telah dijalankan telah membuahkan hasil menurunkan disparitas harga, contohnya di Pulau Sabu, NTT, harga semen sudah turun 14 persen dan harga ayam ras di Wamena turun 49 persen. Itu artinya transportasi laut telah menunjukkan perannya dalam konektivitas nasional,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Budi Karya mengatakan, pemerintah akan menindaklanjuti program tol laut dengan beberapa inisiasi. Antara lain, pertama, mendorong pelaku agrikultur agar ada suatu daya dobrak di wilayah Timur untuk menghasilkan barang-barang produksi yang bisa dibawa ke wilayah Barat. (**)