Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah bertemu dengan Presiden Japan International Cooperation Agency (JICA) Shinichi Kitaoka. Pertemuan ini dilakukan sebelum Jokowi bertemu dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.
Pada pertemuan dengan Shinichi kali ini, beberapa hal yang dibahas fokus pada proyek Pelabuhan Patimban di Subang, mass rapid transit (MRT) Jakarta dan kereta cepat Jawa Utara (Jakarta-Surabaya).
Khususnya Patimban, Jokowi meminta agar proyek ini dibangun secara lebih cepat. Sebab, pengembangan proyek ini akan memberikan efek multiplier bagi perekonomian Indonesia.
“Presiden minta dikelola dengan prinsip baik dan percepatannya,” kata Menkeu Sri Mulyani, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Menurut Sri Mulyani, pertemuan itu juga membahas proyek infrastruktur sektor transportasi lainnya. Kata Sri Mulyani, Presiden JICA menyatakan bahwa transportasi di Jakarta sudah sangat macet sehingga percepatan pelaksanaan proyek menjadi sangat penting.
“Presiden enggak bahas khusus, ini harus dilakukan secara baik dan cepat sehingga bermanfaat. Patimbang juga sama,” ungkapnya.
Proyek Tol Lintas Sumatera juga turut dibahas dalam pertemuan ini. Namun, JICA masih akan melakukan kajian terkait keikutsertaan dalam proyek ini.
“Tol secara khusus di Sumatera kan ini panjang utara ke selatan. Pendanaannya ga bisa satu sumber. APBN sudah, penyediaan tanah menggunakan LMAN kita sudah BUMN dan privat. Kalau dia berniat menbiayai Tol Sumatera,” ujar Sri Mulyani.
Kebijakan pinjaman juga turut diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. Menurut Sri Mulyani, diharapkan setiap proyek berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan dapat mencampurkan pendanaan yang digunakan dari APBN dan BUMN, secara secara bilateral dan dengan pihak swasta.
Sebelumnya, Dirjen Perhubugan Laut Tonny Budiono mengungkapkan, pemerintah masih menunggu pendanaan dari pinjaman JICA untuk dapat mengerjakan Pelabuhan Patimban.
“Saat ini proses pendanaan masih terhalang penyelesaian penyusunan greenbook proyek pembangunan mass rapid transit (MRT) di Jakarta. Pasalnya, laporan greenbook MRT dan Patimban dijadikan satu,” ujarnya.
Greenbook sendiri merupakan daftar prioritas rencana pinjaman luar negeri sebagai syarat mendapatkan pencairan pinjaman dari Jepang terkait pembangunan Pelabuhan Patimban.
“Kita sekarang tinggal nunggu greenbook. Karena kalau Patimban sekarang sudah oke, tapi kita digabung dengan MRT (grennbooknya), otomatis karena MRT-nya belum final jadinya nunggu,” kata Tonny. (ant/oz/**)