Batubara termasuk salah satu komoditi primadona yang mampu memberi kontribusi positif terhadap PT Pelindo II Cabang Panjang. Kapal-kapal yang masuk dan mengangkut batubara dari pelabuhan di wilayah propinsi Lampung ini berkapasitas besar, sekali muat sekitar 50 ribu ton.
Batubara-batubara milik PT PGU itu diambil dari Muara Enim menggunakan truk menuju pelabuhan Panjang, untuk kemudian diekspor ke India menggunakan kapal besar.
“Sejak Februari 2017, batubara PGU hingga sekarang sudah mengkontribusi sebesar 300 ribu ton. Makanya kami mulai berpikir untuk menyiapkan stock file, karena selama ini dari tempat asal batubara ke pelabuhan diangkut menggunakan truk-truk besar. Kami mendapat info, kedepan pemerintah propinsi akan melarang truk besar melewati jalan raya. Karena itu, kami mesti melakukan antisipasi dari awal akan hal itu,” kata GM Pelindo Panjang, Mulyadi kepada Ocean Week, di Panjang, sembari berkeliling melihat situasi dan kondisi pelabuhan.
Makanya, muncullah ide untuk menghidupkan kembali angkutan barang meggunakan Kereta Api (KA) ke pelabuhan Panjang. “Nantinya barang yang diangkut bisa batubara, semen, hasil pertanian, dan sebagainya. Apalagi rel KA yang sampai di pelabuhan Panjang masih ada,” ujar Mulyadi sambil memperlihatkan jalur rel KA yang ke pelabuhan.
Khusus untuk komoditi batubara, Mulyadi menyatakan akan menyiapkan lahan seluas 3,5 hektar untuk stock file batubara yang letaknya bersebelahan dengan rel kereta api.
Bahkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan PT KA dan PGU untuk membahas masalah ini. “Kami sudah rapat dengan mereka (PT KA & PGU-red) beberapa kali. Rapat hari ini (Senin/10/7), malah Pak Dirop Pelindo II (Prasetyadi-red) yang pimpin,” ucapnya.
Sebenarnya, re-aktifasi angkutan menggunakan KA ke pelabuhan Panjang bukanlah sesuatu yang baru, karena rel kereta ini sudah dibangun dari jaman Belanda dulu. “Kalau rencana ini jadi (angkutan batubara dengan KA), maka nantinya bukan hanya PGU saja yang dilayani, namun ada juga pemain serupa yang sudah ingin masuk,” ungkap Mulyadi.
Dengan menggunakan kereta api, Mulyadi yakin dapat menekan cost logistik. Tetapi, dia mengaku tetap menunggu kesiapan antara PT KA dengan PGU untuk merealisasikan rencana ini.
Menurut mantan GM Teluk Bayur tersebut, pihak PT KA akan menghitung besaran infestasinya, juga adanya kepastian dari pemilik batubara, seberapa lama kesiapan penggunaan dengan kereta ke pelabuhan. “Kalau kami hanya menunggu mereka, karena kami hanya siapkan fasilitas saja,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Direktur Operasi PT Pelindo II, Prasetyadi kepada Ocean Week menegaskan bahwa perseroan akan mensupport terhadap rencana yang digagas oleh Pelindo Panjang ini, mengingat ide menghidupkan kembali moda angkutan kereta api ke pelabuhan cukup fisible.
“Dan ini pasti mampu menekan biaya logistik, karena dengan menggunakan kereta api, sekali angkut bisa mencapai ribuan ton. Lagi pula bisa mengurangi kepadatan di jalan raya dan mengurangi kerusakan jalan raya,” kata Prasetadi.
Penataan
GM Pelindo Panjang Mulyadi juga mengungkapkan, bahwa tahun 2017 ini berupaya merealisasikan rencana pengembangan angkutan kereta api ke pelabuhan, lalu membangun fasilitas penunjang kegiatan kapal RoRo seperti melengkapi ruang tunggu penumpang, dan menyediakan parkir truk.
“Kemudian memperbaiki jalan-jalan yang rusak di dalam pelabuhan, menyiapkan juga sistem NPK-TOS, dan memperbaiki fasilitas lainnya,” katanya.
Pada Senin (10/7) siang, Ocean Week yang diajak oleh Amanda Maulina, asisten DGM Komersial Pelindo Panjang untuk melihat kegiatan di sejumlah dermaga pelabuhan menyempatkan mampir di dermaga B yang digunakan untuk kapal RoRo rute Panjang-Tanjung Priok.
Waktu itu, puluhan truk sedang mengantre untuk dimuat ke kapal. “Dermaga B ini menjadi salah satu dermaga primadona, saat ini hanya digunakan untuk kegiatan kapal RoRo, karena setiap hari ada tiga kapal,” ujar Amanda.
Dari dermaga B, menuju ke dermaga C. Untuk menuju ke dermaga ini, jalannya cukup rusak. Disini, kegiatannya sangat padat, kapal-kapal multipurpose domestik sedang bongkar muat. Ada yang memuat hasil pertanian (kopi, pisang), dan ada pula komoditi lain. Menurut Amanda, kapal-kapal itu rutin masuk ke panjang dari Pontianak, Semarang, maupun wilayah lain.
Tak jauh dari sini, tampak dermaga A yang nampak kosong tak ada aktifitas. Sebab, ungkap Amanda, dermaga ini masih dalam pembangunan. Kemudian, Amanda mengajak ke dermaga D yang dipergunakan untuk kegiatan curah kering (batubara, pupuk, dan bungkil. Disini sedang ada kapal Kapuas 313 dan kapal Super Eastern yang bongkar muatan.
Bersebalahan dengan dermaga ini, adalah dermaga E, khusus untuk kegiatan kapal-kapal kontainer. Sayangnya, siang itu tak ada kapal sandar. Namun, sejumlah truk muatan petikemas terlihat lalu lalang menurunkan muatannya di lapangan penumpukan.
“Itu petikemas yang akan diekspor, biasanya kapal sandar pada hari Rabu, Kamis dan Jumat, jadi hari ini persiapan,” ujarnya.
Meningkat
Mulyadi menyatakan, pada semester I tahun 2017, arus barang di pelabuhan Pajang mencapai 4.948.487 ton, meningkat 48,38 % dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan 3.334.682 ton.
Kata Mulyadi, peningkatan itu karena adanya kontribusi komoditi batubara. “Karena itu, kami menerapkan strategi menambah alat bongkar muat, perbaikan fasilitas, penataan pelabuhan dan pembangunan lapangan penumpkan,” ungkapnya.
Pada semester II 2017, pihaknya berencana menambah satu unit Quay Container Crane (QCC), juga perbaikan gudang CFS 001 dan 007.
Mulyadi berharap dengan rencana tersebut, pihaknya dapat melakukan efisiensi layanan, sehingga kegiatan bongkar muat dapat berjalan lancar. (***)