Dry Port Cikarang dinilai menjadi solusi paling cepat mengatasi masalah dwelling time di pelabuhan. Pasalnya, dwelling time di Cikarang Dry Port saat ini hanya 2,12 hari, lebih rendah dibanding Pelabuhan Tanjung Priok yang berkisar 3-4 hari.
“Inilah yang kita butuhkan untuk masalah dwelling time yang menjadi perhatian utama Presiden Jokowi. Dry port paling dapat diandalkan menyelesaikan masalah ini,” kata Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan saat berkunjung ke Cikarang Dry Port.
Menurut Menko Maritim, dengan adanya dry port, biaya logistik akan turun, kemacetan di pelabuhan berkurang, dan melahirkan dampak berantai yang positif bagi industri nasional. “Ini konsepnya sudah bagus, tinggal dioptimalkan,” ujarnya.
Kata Luhut, setiap pelabuhan yang dekat dengan kota besar, perlu ada dry port. “Dengan konsep yang sudah terarah, pemerintah akan memberikan dukungan berupa regulasi yang tepat,” ungkapnya.
Dia menambahkan, di Pulau Jawa sedikitnya dibutuhkan lima dry port untuk menunjang pelabuhan yang dekat dengan kota besar. Kelima dry port itu antara lain berlokasi di Banten, Cikarang, Semarang, dan Surabaya.
Dengan dry port, pemerintah tidak perlu melakukan investasi besar-besaran di pelabuhan yang membutuhkan waktu lama.
Seperti diketahui bahwa selain di Cikarang, Dry Port selama ini sudah ada di Gede Bage Bandung, Jebres Solo, dan Rungkut Surabaya.
Luhut juga menjelaskan pihaknya menerima laporan bahwa dengan adanya dry port, efisiensi yang terjadi antara lain dari sisi waktu terjadi penghematan sebesar 20 persen dan total biaya (cost) logistik terjadi penghematan sekitar 30 persen
Semakin banyak barang yang diserap dari Tanjung Priok ke dry port, dwelling time Tanjung Priok menurun drastis.
Menko Maritim juga menyatakan akan berkoordinasi dengan lembaga terkait seperti Menteri Perhubungan, Menteri Perdagangan, dan Dirjen Bea Cukai untuk lebih mempercepat dwelling time di dry port seperti pemeriksaan barang berupa custom clearance dan carantina clearance.
“Dry port di Cikarang perlu dibesarkan, misalnya kapasitas 10 juta TEUS dalam dua tahun ke depan. Dengan demikian multiplier effect-nya akan lebih besar,” ungkapnya. (***)