Pelabuhan Marunda memiliki prospek yang bagus dimasa mendatang sebagai pelabuhan curah (break bulk) dan RoRo.
Apalagi untuk kegiatan komoditi break bulk di pelabuhan Tanjung Priok sudah semakin sulit memperoleh fasilitas dermaga.
“Sangat prospektif Marunda, fasilitas dermaga juga memadai. Bukan hanya di dermaga Kaliblencong, dan KCN, tapi juga untuk terminal MCT,” kata Capt. Supriyanto, Sekretaris DPC INSA, kepada Ocean Week, usai meninjau pelabuhan Marunda Jakarta Utara, Selasa (20/3).
Prospektif pelabuhan Marunda, juga diamini KSOP Marunda Anggiat Douglas, beberapa waktu lalu saat Ocean Week mengkonfirmasi kepadanya. “Disini (Marunda) ada tiga terminal, yakni KCN, Blencong dan Terminal Marunda Center,” kata Anggiat, di kantornya.
Supriyanto menyatakan cukup kagum dengan fasilitas yang dioperasikan MCT. Sewaktu meninjau ke terminal ini Selasa (20/3) siang, Capt. Supriyanto yang didampingi pengurus DPC INSA Banu Amza dengan serius mendengarkan penjelasan dari salah satu staf MCT, Niken seputar terminal Marunda Center.
MCT memiliki fasilitas dermaga sepanjang total 1.620 meter, terdiri dari dermaga 1A sepanjang 300 meter x 2 (600 meter), dan dermaga 1B sepanjang 510 meter x 2 (1020 meter). Dermaga ini mulai dioperasikan sejak 2014 lalu.
Siang itu, di MCT sedang ada kegiatan kapal antara lain, Intan Daya 2, Tongkang Batubara Prima dan BigFer, kapal Jayamanda.

MCT terus berkembang pesat kegiatannya, kemudian pada 2016 full multipurpose beroperasi. Lalu pada Januari 2017 mulai masuk kegiatan kapal RoRo.
Menurut Niken dan Ria (Corporate Secretary MCT), ada dua kapal RoRo yaitu Fajar Bahari Nusantara dan HBL yang sudah berkegiatan melalui terminal ini. Setiap bulan sekitar 12 call kapal RoRo yang antara lain tujuan Pontianak memuat kendaraan dari MCT.
Capt. Supriyanto mengatakan optimistis, jika Marunda bakal menjadi pelabuhan besar, apalagi ketika Supriyanto melanjutkan kunjungannya ke KCN dan dermaga Blencong. Di kedua dermaga itu, sedang banyak kegiatan kapal sandar membongkar muatan. Misalnya kapal Samudera Mandiri.
“Dengan ramainya kegiatan disini, saya yakin Marunda sangat berprospek. Cuma, sayang, akses jalan sangat rusak, ini mesti dipikirkan,” kata Supriyanto.
Dia berharap, pemerintah (Kemenhub) memperhatikan keberadaan pelabuhan ini. Sebab, pelabuhan ini adalah kelas 5. “Dengan kegiatan yang cukup padat, mestinya pemerintah perlu meningkatkan kelasnya,” ungkapnya.
Seperti diketahui, bahwa sedikitnya 300 call per bulan berkegiatan di pelabuhan Marunda. (***)