Pelabuhan Penyeberangan Merak sudah berubah, terutama untuk pembelian tiket, tak lagi manual, namun sudah menggunakan tiket elektronik (menggunakan kartu). Para calon penumpang yang akan melakukan perjalanan melalui pelabuhan ini tak lagi bisa membeli karcis secara manual, tapi dengan kartu. Pihak PT ASDP mesti harus terus menerus melakukan sosialisasi untuk ini, karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui terhadap hal ini.
Suasana agak berbeda terasa dan terlihat di loket-loket pelayanan calon penumpang di Pelabuhan Penyeberangan Merak, Provinsi Banten, dan Bakauheni di Provinsi Lampung, pada Sabtu (24/11) dini hari pukul 01.20 WIB. Puluhan calon penumpang yang baru turun dari bus berada di depan loket sambil mempersiapkan uang pembelian tiket. “Maaf pak, bu, sekarang semua transaksi pembelian tiket dilakukan secara nontunai,” kata petugas loket. “Nggak pakai uang tunai lagi. Bapak, ibu bisa membeli kartu pembayaran nontunai di meja depan. Sekalian bisa ‘top up’,” kata perempuan muda di loket itu seperti dilansir Antara, Minggu pagi (25/11)
Di meja depan, puluhan penumpang sedang membeli kartu pembayaran nontunai. Kartunya seharga Rp 42 ribu termasuk tarif sekali jalan untuk satu orang.
Kartu pembayaran nontunai yang berlaku di pelabuhan yang melintasi Selat Sunda ini diterbitkan empat bank pemerintah. Namun, bukan tidak mungkin di masa mendatang kartu yang keluarkan bank swasta dan lembaga keuangan lainnya yang menerbitkan kartu pembayaran non tunai juga berlaku di sini.
Kartu pembayaran ini bisa dipakai selamanya dan bisa untuk beberapa orang dalam penyeberangan ini. Asalkan saldonya mencukupi. Kalau saldo tak cukup, kata dia dengan nada ramah, bisa langsung “top up” atau menambah saldo di meja sebelah. “Sekarang lain ya, ” kata seorang calon penumpang kepada calon penumpang lainnya.
“Cuma aku gak bawa kartu yang kupunya. Abis baru tahu sih,” kata Uti, calon penumpang yang akan ke Wayabung, Lampung Utara. “Kalau udah tau dan biasa, enakan non tunai sih,” kata Tia, calon penumpang lainnya.
Prosedur pelayanan seperti ini kini harus dilalui calon penumpang yang belum tahu. Bagi penumpang lainnya yang memiliki atau membawa kartu pembayaran nontunai dari empat bank pemerintah dan melihat tulisan “Loket Non Tunai” langsung bisa menyodorkannya ke petugas loket beserta identitas.
Artinya, kalau calon penumpang harus membeli terlebih dahulu atau tidak membawa kartu pembayaran nontunai, hal itu karena memang belum tahu prosedur pelayanan baru itu. Tapi bagi yang sudah tahu dan membawa kartu langsung ke loket pembayaran nontunai.
“Ya lebih praktis. Gak ribet,” kata seorang calon penumpang yang sudah beberapa kali melintasi penyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera ini.
Berdasarkan pengalamannya, pelayanan dengan kartu pembayaran nontunai terasa lebih cepat dibanding secara “cash”. Dengan demikian antrean di depan loket akan lebih singkat dan tidak terlalu panjang.
Lebih Singkat Namun pelayanan pembayaran tiket secara “cash” sebelumnya akan sangat tergantung kecepatan petugas. Kecepatan dalam melihat nominal uang yang digunakan calon penumpang.
Kalau uang yang disodorkan pas, tinggal menempelkan identitas penumpang di alat yang sudah ada supaya di lembaran tiket cetak tertulis nama sesuai identitas. Namun tentu tidak semua menyodorkan yang pas.
Kalau nominalnya lebih besar, berarti butuh waktu untuk menyiapkan kembalian. Maka untuk pelayanan tiket yang semula menggunakan uang tunai akan sangat relatif waktu yang digunakan untuk satu penumpang.
Artinya sulit diprediksi. Terlebih apabila nominal uang yang digunakan adalah pecahan besar, padahal tarif tiketnya hanya Rp 15 ribu per orang dewasa dan Rp 8 ribu untuk anak-anak di Pelabuhan Merak.
Berdasarkan pemantauan ANTARA News, dengan kartu pembayaran nontunai saat ini, beberapa penumpang menjalani prosedur pelayanan di loket kurang dari 30 detik atau kurang dari setengah menit. Namun ada yang 35 detik, ada pula yang 40 detik.
Berdasarkan pemantauan itu, tidak berlebihan kiranya kalau dikatakan bahwa pelayanan nontunai untuk satu orang hanya butuh rata-rata 30-35 detik atau setengah menit. Konsentrasi dan keahlian petugas loket akan sangat menentukan kisaran rentang waktu yang dibutuhkan untuk melayani penumpang.
Konsentrasi dan keahlian akan sangat menentukan di titik pelayanan ini. Semakin konsentrasi dan semakin terbiasa dengan sistem serta infrastruktur (peralatan) yang digunakan berkemungkinan akan mampu tercapai waktu lebih cepat dari setengah menit.
Nyaman Di sinilah tantangan yang dihadapi manajemen PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry yang dipimpin Ira Puspadewi untuk terus menyiapkan SDM agar mampu memberi pelayanan terbaik lagi bagi masyarakat.
Kalau bisa dipercepat lagi. Kalaupun tidak bisa dipercepat lagi, terasa sekali bahwa pencapaian percepatan pelayanan saat ini sudah bisa dikatakan jauh lebih baik dibanding sebelumnya yang menggunakan uang tunai.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, pelayanan secara “cashless” (nontunai) diperkenalkan sejak awal Juni 2018. Kemudian disosialisasikan hingga dicanangkan pada 15 Agustus 2018.
Pelaksanaannya secara bertahap, yakni semula sebagian transaksi dilayani secara nontunai, tetapi masih ada loket secara tunai.
Baru pada awal Oktober 2018, semua pelayanan tiket dilaksanakan secara nontunai. Memang sampai sekarang masih ada sebagian calon penumpang yang belum tahu dan terkejut.
Tak dipungkiri masih ada yang bertanya dan sedikit bingung, tetapi dengan penjelasan yang lugas, mereka pun kemudian memahami prosedur pada sistem pelayanan baru ini.
Apalagi kalau sudah tahu bahwa kartu pembayaran nontunai yang dibelinya berlaku untuk berbagai pembayaran di tempat lain. Ditambah lagi kartunya berlaku selamanya (tanpa masa berlaku), asalkan ada saldonya.
Kalimat sederhananya “bisa karena biasa”.
Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur darat dan udara berupa jalan tol dan bandara, penyediaan infrastruktur pelabuhan penyeberangan yang makin memadai memang harus dilakukan agar orang nyaman dan tetap meminati moda transportasi laut.
Kini perkembangan pesat pada angkutan angkutan udara, memunculkan beragam alternatif maskapai penerbangan. Bahkan ada yang berbiaya murah (Low Cost Carrier/LCC).
Karena itu memodernisasi pelabuhan penyeberangan adalah mutlak agar orang tetap mau naik kapal.
Dan modernisasi itu telah, sedang dan diyakini akan terus dilakukan di lintas Selat Sunda sebagai jembatan penghubung Pulau Jawa dengan Sumatera. (ant/ow/**)