Sejak China meluncurkan inisiatif Belt and Road-nya, banyak negara telah menerima miliaran dolar untuk pembangunan infrastruktur guna meningkatkan perdagangan dan investasi di sepanjang Jalan Sutra lama yang menghubungkan China dan banyak negara lainnya.
Bagi negara-negara berkembang di sepanjang Jalan Sutra, menerima sejumlah investasi uang besar telah mendorong pertumbuhan ekonomi, karena China bertujuan untuk mengintensifkan hubungan dengan banyak negara.
Prakarsa Sabuk dan Jalan Presiden China Xi Jinping, yang pada awalnya bertujuan membangun konektivitas ekonomi dengan 64 negara melalui investasi infrastruktur di sepanjang Jalur Sutra dan rute maritim yang lama, memberi dampak positif ke banyak negara, dan salah satunya Malaysia yang menerima manfaat besar dari itu.
Di Malaysia, salah satu investasi terbesar yang ditandatangani adalah melalui East Coast Rail Link (ECRL).
Tahap pertama ECRL akan menghubungkan Wakaf Baru di Kelantan ke ITT Gombak dengan biaya RM46 bil. Tahap kedua akan bergabung dengan Integrated Transport Terminal Gombak ke Port Klang, menempuh jarak 88 km dengan biaya RM9 bil.
Sambungan kereta api antara pantai barat dan timur Semenanjung Malaysia akan menjadi katalisator untuk tidak hanya pertumbuhan dan bisnis di antara koridor tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan membuka daerah pedalaman semenanjung ke lebih banyak peluang bisnis.
ECRL yang menghubungkan Port Klang dan Pelabuhan Kuantan akan memangkas 30 jam perjalanan untuk pengiriman kargo melalui Pelabuhan Singapura namun dengan biaya sedikit lebih tinggi.
Media Bintang Malaysia melansir bahwa Peneliti dari Institut Studi China Universiti Malaya Dr Zhang Miao mengatakan bahwa ECRL dapat mengubah rute perdagangan tradisional yang melewati Singapura, karena hubungan diplomatik China yang tidak pasti dengan republik pulau tersebut memaksa mereka untuk mencari alternatif lain.
China telah menginvestasikan lebih dari US $ 50 miliar (RM217bil) di negara-negara di sepanjang Belt and Road antara tahun 2014 dan 2016, dengan total perdagangan melebihi US $ 3 triliun (RM13 triliun).
Tapi satu area investasi China besar ada di pelabuhan, dan Malaysia adalah penerima investasi yang sangat besar.
Dilaporkan bahwa perusahaan China akan menginvestasikan US $ 7,2 miliar di Gerbang Melaka, US $ 2,8 miliar di Pelabuhan Kuala Linggi, US $ 1,4 miliar di Pelabuhan Penang dan US $ 177 juta di proyek pelabuhan Kuantan.
Pelabuhan laut dalam di Malaka dilaporkan ditargetkan menjadi terminal kargo cair dengan fasilitas penyimpanan yang akan menguntungkan perdagangan minyak di Asia, Eropa dan Timur Tengah.
Juga akan ada terminal peti kemas, terminal bulk dan bulk curah, layanan galangan kapal dan perbaikan, kawasan industri maritim dan layanan logistik pelabuhan di pelabuhan baru di Melaka
Pelabuhan Internasional Kuala Linggi dilaporkan sedang dibangun di dekat Melaka untuk menangani kapal tanker minyak dengan laporan mengatakan pelabuhan tersebut akan menargetkan bisnis bunkering. (BM/**)