Importir di pelabuhan Tanjung Emas Semarang mengeluh belakangan ini mengalami keterlambatan dalam pengeluaran barangnya, karena kondisi kapal yang mengantre saat akan sandar.
“Meski dokumen kepabeanan sudah Ok dan sudah SPPB, tapi untuk proses pengeluaran masih belum segera terealisasi, perlu waktu 1-2 hari karena kondisi di pelabuhan lalu lintas meningkat, baik ekspor impor tumbuh 20%. Apalagi menjelang Lebaran 2025, truk nggak boleh jalan dari 24 Maret sampai 8 April, tentunya berat buat kami, nggak, sehingga terkait biaya-biaya pasti tinggi sekali, biaya penumpukan nya di Pelindo dan demurage di pelayaran, pasti besar,” jelas Ketua GINSI Jateng, Budiatmoko (akrab dipanggil Koko) kepada Ocean Week, Minggu siang, di Semarang.
Untuk itu, Koko, berharap ada solusi yang diberikan oleh pemangku kebijakan. “Seharusnya kembalikan saja libur lebaran nya seperti tahun-tahun sebelumnya, sekitar seminggu,” ujarnya.
Dalam berita Ocean Week sebelumnya, ketua ALFI Jateng Teguh Arif Handoko menyebutkan volume barang melalui pelabuhan Tanjung Emas naik 20%. Hal itu dikarenakan industri pada Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), dan Jatengland sudah mulai melakukan ekspor.
“Saat ini melihat perkembangan barang yang melewati pelabuhan Tanjung Emas Semarang semakin meningkat, maka sewaktu kami (ALFI Jateng dan Kadin Jateng) bertemu Pak Gubernur Jateng (Ahmad Luthfi), kami sampaikan segera dilakukan revitalisasi Tanjung Emas, karena kalau tidak bisa kongesti,” ujar Arif Teguh Handoko, Ketua ALFI Jateng, saat dihubungi Minggu pagi.
Dia mengatakan bahwa saat ini volume barang lewat Tanjung Emas naik sekitar 20%. Tahun 2024 lalu throughput sudah mencapai 900-an ribu TEUs, bisa saja tahun ini ke angka 1 juta TEUs. “Dengan kondisi sekarang, CY yang terbatas, dan dermaga yang juga perlu ada penambahan, maka sudah perlu dipikirkan untuk revitalisasi pelabuhan,” ungkapnya.
Alfi Jateng mengusulkan supaya dalam waktu jangka pendek bisa ditambah dermaga menjadi panjang total 1.000 meter dari sekarang yang hanya 600-an meter. “Makanya kami usul agar dermaga Samudera bisa dipakai pada saat kosong, nggak digunakan untuk kegiatan kapal cruise atau kapal lainnya. Lalu CY diperluas, dermaga diperpanjang, atau kalau nggak bisa, kami waktu bertemu Pak gubernur Jateng memberikan alternatif untuk mengembangkan pelabuhan di Batang sebagai alternatif Tanjung Emas,” jelas Teguh.
Menurut Teguh, pelabuhan Batang cukup representatif untuk dikembangkan, disana ada kawasan industri Batang, dekat juga dengan kawasan industri Kendal. “Dan pak Gubernur menerima itu sebagai masukan yang akan dipertimbangkan,” katanya.
Teguh juga menyampaikan bahwa perlu dilakukan pengerukan alur pelayaran maupun kolam pelabuhan. “Saat ini alur pelayaran dan kedalaman kolam pelabuhan sudah tak mampu melayani kapal-kapal besar, sehingga perlu segera dikeruk,” jelasnya.
Revitalisasi kawasan pelabuhan, ujar Teguh, diharapkan bisa mendukung lalu lintas kapal kargo dengan ukuran yang lebih besar.
“Ini bisa menambah volume pelayanan di Tanjung Emas. Kita harapkan semua (kontainer) yang keluar dari industri di Pantura Jateng, bisa ekspor melalui Tanjung Emas. Jangan sampai ada Kawasan Industri yang ekspornya melalui Jatim, Jabar, atau Jakarta,” ungkapnya.
Menurut Teguh, peningkatan layanan logistik distribusi ekspor di Tanjung Emas, dirasa penting dalam 1-2 tahun ke depan. Hal itu untuk menunjang kebutuhan layanan ekspor, karena semakin berkembangnya kawasan industri di Jateng. (***)