Kota Bagansiapiapi merupakan salah satu kota yang dulunya tersohor di Indonesia. Kota ini pernah menjadi penghasil iklan terbesar di Indonesia dan tempatnya pembuatan galangan kapal kayu terbaik di negeri ini. Namun kini, kejayaan itu hanya tinggal di kertas dan buku-buku sejarah, karena satu per satu ikan mulai habis dan galangan kapal pun satu per satu tutup.
Namun beberapa pengusaha galangan kapal lokal ini tetap berusaha untuk membangkitkan kejayaan galangan kapal kayu Bagansiapiapi yang terkenal memiliki kualitas terbaik. Meski kayu yang akan digunakan sudah mulai langka didapatkan di daerah sendiri, para pengusaha tetap berusaha menjaga kualitas kapal dengan berbagai upaya.
Memang, minimnya ketersediaan kayu kulim olahan di Rokan Hilir, mengakibatkan industri galangan kapal di Bagansiapiapi, Pulau Halang, Penipahan dan Sinaboi terancam tidak bisa beroperasi secara rutin. Bahkan khusus di Bagansiapiapi, hanya tinggal 12 usaha galangan kapal yang masih aktif dan sebagiannya tidak beroperasi secara rutin karena tidak mendapat pasokan kayu berkualitas secara memadai.
Tidak heran, para pengusaha terpaksa memutar otak untuk mencari pasokan kayu berkualitas sekelas kayu kulim. Namun demikian, hanya satu orang pengusaha di Bagansiapiapi yang mampu memasok kayu Kulim hingga mendatangkan langsung dari Jambi. Sedangkan pengusaha lainnya, terpaksa menggunakan kayu meranti muda yang hanya memiliki daya tahan hitungan tahun.
”Kemarin saya datangkan kayu Kulim dari Rokan Hulu. Tapi stoknya sudah menipis. Sekarang saya datangkan kayu Kulim dari Jambi,” tutur Aliong kepada media local belum lama ini di lokasi pelabuhan miliknya di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.
Aliong mengungkapkan, ia merupakan satu satunya pengusaha galangan kapal yang bisa mendatangkan kayu kulim dari Jambi. Walaupun harus melalui proses administrasi yang sulit, tapi dirinya mengaku sangat puas karena sepengetahuannya, kekuatan kayu kulim untuk pembuatan kapal bisa bertahan minimal 30 tahun.
”Kayu Kulim yang kami datangkan dilengkapi dengan dokumen. Jarak tempuh untuk mengangkut kayu kulim dari Jambi menuju Bagansiapiapi bisa mencapai 4 hari 4 malam. Harganya juga cukup lumayan, satu ton mencapai Rp10 juta,” ungkapnya.
Aliong mengatakan, untuk satu unit kapal, minimal membutuhkan kayu kulim sebanyak 30 ton. Kebutuhan itu untuk membuat kapal penangkap ikan. Tidak heran, pesanan kapal dari galangan kapal miliknya terus meningkat karena diri meyakini agar selalu menjaga mutu serta kualitas dari pembuatan kapal.
Aliong yakin, dengan kualitas yang baik, produksi kapal Bagansiapiapi tetap akan jaya. Walaupun untuk mendapatkan kayu berkualitas tidak lagi semudah dulu, namun dirinya puas meski mendatangkan kayu dari daerah lain. ”Yang penting, kualitas kita terjaga,” ungkapnya. (***/G ri)