PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) kembali membuka jalur ekspor langsung (direct export) komoditas kelapa biji dari Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) ke Bangkok Thailand.
Pelepasan ekspor langsung sebanyak 93 TEUs kelapa biji itu dilakukan oleh Asisten II Pemprov Sulawesi Tengah, Ir. Bunga Elim Somba, pada Minggu (16/4). Kegiatan ini sekaligus menjadi kado ulang tahun provinsi Sulteng ke-53.
Hadir pada seremoni tersebut adalah Direktur Operasi dan Komersial PT Pelindo IV Alif Abadi, dan GM Pelindo Pantoloan Ady Sutrisno.
Corporate Secretary PT Pelindo IV (Persero), Baharuddin M. mengemukakan bahwa pelepasan ekspor langsung dari Pelabuhan Pantoloan, Palu Sulawesi Tengah ini merupakan upaya memantapkan program perseroan untuk membuka dan memajukan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia.
Menurut Baharuddin, ekspor langsung ini menunjukkan kemajuan yang pesat, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah kargo yang mencapai 93 TEUs, padahal ekspor perdana pada bulan lalu hanya sebanyak 9 kontainer.
“Komoditas kelapa biji memang merupakan andalan daerah ini. Diharapkan nantinya komoditas ekspor dapat lebih bervariasi karena selain kelapa, produk lain seperti perikanan dan hasil perkebunan maupun pertanian berupa kopi, cokelat dan jagung juga merupakan produk unggulan Sulawesi Tengah,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya yagn diterima Ocean Week, Minggu sore.
Sementara itu, Asisten II Pemprov Sulteng, Bunga Elim Somba yang mewakili gunernur Sulteng, dalam sambutannya mengatakan, direct export telah mampu meningkatkan daya saing dan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah.
“Karena dengan ekspor langsung, biaya dan waktu pengapalan ke negara tujuan ekspor menjadi lebih efisien. Sebelumnya, komoditas ini di ekspor melalui Surabaya dengan tambahan waktu pengapalan 3-4 hari dan beberapa kali bongkar muat yang mengakibatkan tambahan biaya logistik 20-30%,” ujarnya.
Seluruh proses dokumen dan status ekspor, ungkap Bunga Elim, telah diselesaikan di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, sehingga menghemat biaya alih status dan mempercepat administrasi selain menghasilkan devisa dan tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Sulawesi Tengah.
“Karena dengan ekspor langsung, biaya dan waktu pengapalan ke negara tujuan ekspor menjadi lebih efisien. Sebelumnya, komoditas ini di ekspor melalui Surabaya dengan tambahan waktu pengapalan 3-4 hari dan beberapa kali bongkar muat yang mengakibatkan tambahan biaya logistik 20-30%,” ujarnya.
Kata Bunga Elim Somba, ini merupakan peristiwa luar biasa yang telah dinanti sejak lama oleh seluruh masyarakat, pengusaha dan Pemerintah Sulawesi Tengah. Untuk itu kami mengapresiasi langkah Pelindo IV membuka direct export ini. Hal ini sekaligus menandai bangkitnya ekonomi Sulawesi Tengah khususnya dan Kawasan Timur Indonesia pada umumnya.
Nantinya, kegiatan ekspor langsung akan dapat dilaksanakan secara rutin beberapa kali dalam sebulan karena tambahan muatan yang berasal dari variasi komoditas lainnya dan bangkitan kargo baru daerah lain, akibat kemudahan proses ekspor yang saat ini telah dirintis oleh Pelindo IV.
Potensi kelapa di Sulteng diharapkan dapat mengundang investor dalam maupun luar negeri untuk mendirikan industri olahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu. Mengingat kelapa dan produk turunannya sangat diminati oleh pasar luar negeri. Sebagai contoh, kebutuhan sabut kelapa untuk industri meubel di China maupun industri otomotif di Jepang, selain arang kelapa sebagai energi alternatif di kedua negara tersebut.
Pemerintah Sulteng berjanji untuk memberikan berbagai kemudahan bagi para investor yang berminat mengembangkan usahanya di Palu dan mengisi kawasan KEK Palu, demi kemajuan dan pertumbuhan Ekonomi Sulteng. Terlebih, lokasi Pelabuhan Pantoloan, di Palu Sulawesi Tengah yang menyatu dengan kawasan KEK Palu saat ini telah mampu melakukan ekspor langsung ke luar negeri.
Hemat 40%
Sedangkan Direktur PT Nusantara Terminal Services (NTS), Kusmahadi Setya Jaya mengatakan selama ini ekspor langsung kelapa dari Palu sudah berlangsung lama melalui Surabaya. Akibatnya selain berbiaya mahal karena harus ganti kapal juga kegiatan ekspor tercatat di Provinsi Jawa Timur.
Dengan adanya ekspor langsung dari Palu ini, biaya transportasi menjadi lebih hemat hingga 40 persen dan semua dokumen yaitu karantina, bea cukai, surveyor hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dikeluarkan di Palu, sehingga ekspor tercatat dari kota ini.
Catatan Ocean Week, bahwa ekspor perdana kelapa ke Bangkok dari Pantoloan dilakukan pada tanggal 16 Maret 2017 lalu sebanyak 9 kontainer.
Untuk pengiriman langsung hingga tiba di Port Authority of Thailand (PAT), Bangkok melalui Pelabuhan Makassar akan menggunakan perusahaan pelayaran internasional, SITC.
Namun untuk feeder lokalnya dari Palu ke Makassar, NTS akan menggunakan perusahaan pelayaran PT Pelayaran Tempuran Emas, Tbk (Temas).
Setiap bulan, permintaan komoditi kelapa mencapai 100 kontainer. (humpl/**)