President Directore PT EDI Indonesia (EDII) E. Helmi Wantono menyatakan bahwa digitalisasi sistem sekarang sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha, apalagi di sektor kepelabuhanan dan logistik. Karena itu, perseroan berupaya untuk menggarap ke sektor ini.
“Kami akan berupaya menjadi penyedia jasa layanan kepabeanan terdepan, bahkan kepelabuhanan dengan digitalisasi,” ujar Helmi kepada Ocean Week, sebelum digelar seminar yang diselenggarakan atas kerjasama PT EDII dan GeTS Asia, serta ALFI, di Kantor Pusat T Pelindo II, Jakarta Utara, Rabu (9/8).
Pada kesempatan seminar ini, diperkenalkan beberapa layanan yang dapat digunakan untuk menunjang jasa layanan bagi perusahaan yang bergerak dibidang logistik dan forwarder.

“Pada kesempatan ini diperkenalkan Cross Border System (CBS), yaitu otomatisasi pemenuhan pelaporan deklarasi kepabeanan untuk mempercepat proses pengeluaran barang,” ucapnya.
Kemudian diperkenalkan juga Trade2Gov, yakni layanan untuk mempermudah penyampaian dokumen kepabeanan dan perijinan. “Ada juga HIVE, platform logistik yang dibangun oleh Singapura sebagai media yang diciptakan untuk membangun kerjasama baru diantara freight forwarder ASEAN,” ungkap Helmi.
Ketiga layanan itu, jelas Helmi, merupakan hasil kolaborasi antara EDII dan GeTS dalam layanan pertukaran data deklarasi ekspor impor antara Indonesia dengan Singapura.
“EDII dan GeTS telah sepakat dan menandatangani MoU pada tanggal 23 Mei 2017 di Jakarta untuk melakukan konektifitas, memfasilitasi pertukaran data komersial terkait pelaporan deklarasi kepabeanan, ijin ekspor-impor, manifest dan surat keterangan asal (SKA) sehingga pelaku usaha yang melakukan pelaporan melalui sistem setiap negara memperoleh kemudahan dalam setiap pelaporannya,” ungkap Helmi.
Menurut dia, layanan ini telah dilakukan piloting di dua perusahaan Indonesia, yaitu DB Schenker dan Bollore. “Layanan yang telah diujicobakan yakni pertukaran data deklarasi ekspor Singapura untuk menjadi deklarasi impor Indonesia,” kata Helmi lagi.
Dikatakan juga bahwa mekanisme dalam kolaborasi ini dimulai daari data dikirimkan dari GeTS melalui email kepada EDII. Lalu EDII akan memberikan notifikasi kepada pelaku usaha, kemudian pelaku usaha akan membuat PIB tanpa harus melakukan input data secara keseluruhan.
Data deklarasi ekspor Singapura dikonvensi secara otomatis menjadi data PIB. Tetap diperlukan input untuk beberapa data yang belum ada, tetapi pelaku usaha tidak perlu menginput secara keseluruhan.
“Layanan ini dapat meminimalisir kesalahan input dalam PIB yang mengganggu proses pengeluaran barang yang berakibat kepada kerugian finansial,” tutur Helmi.
Sementara itu Ketua Umum ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi, mengungkapkan keinginannya bagaimana kedepan Inaportnet dan Tradenet menyatu. “Bagi ALFI yang penting bagaimana pelaku usaha logistik dan forwarder dapat mudah dilayani,” ujar Yukki. (***)