Dwelling time di pelabuhan Belawan (BICT) dinilai menjadi salah satu biaya tinggi, apalagi dengan adanya penerapan tarif progresif semakin memberatkan pelaku usaha.
“YOR saja rendah, sehingga CY kosong. Jadi di Belawan nggak ada dwelling time,” kata Suryanto, Ketua ALFI Sumatera Utara, kepada Oceanweek di Semarang, Kamis (6/4) di sela pembukaan Muswil ALFI Jateng.
Menurut dia, dwelling time di Belawan ini tidak efektif dan justru menimbulkan high’ cost.
“Barang sering terlambat itu bukan karena lapangan penumpukannya penuh, tapi karena ijin-ijin dokumen di bea cukai khususnya barang terbatas sering lambat, sehingga berakibat kapal tertunda sandar, dan ujungnya barang pun terlambat juga dibongkar,” katanya.
Menjawab mengenai layanan di Belawan, Suryanto menyatakan bahwa service sudah bagus.
Cuma, ujarnya, setelah ada penerapan Inaportnet sistem, justru terkadang menambah masalah.
“Kalau sedang bermasalah Inaportnet, mestinya bisa pakai manual. Tapi ini tidak bisa, sehingga berakibat keterlambatan,” ungkapnya lagi.
Menanggapi adanya kebijakan no service no pay, Suryanto mengatakan, mestinya jika upah untuk buruh (TKBM) tidak dibayar, seyogyanya PNBP juga tidak ditagih.
“Ini buruh nggak dibayar, tapi PNBP tetap ditagih,” ucapnya. (***)