PT Jasa Armada Indonesia (JAI) Tbk, anak usaha PT Pelindo II, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Jumat (22/12) pagi. PT JAI resmi menjadi emiten ke-36 yang mencatatkan sahamnya di BEI tahun 2017 ini.
Pada saat peresmian dan pembukaan penjualan pertama sahamnya, tepat pukul 09.00 Wib, harga saham JAI menguat 1,52 % dari dibuka Rp 380 per saham menjadi Rp 390 per saham.
Para hadirin yang terdiri dari Direksi PT Pelindo II, dan direksi PT JAI, para direksi anak usaha Pelindo II lainnya, dan para pelaku usaha di bursa saham bertepuk riuh, memberi tanda baik untuk JAI dalam mengawali perseroan ini bertarung di bursa saham.
Dirut PT Pelindo II Elvyn G. Masassya kepada pers menyatakan, bahwa kedepan (2018) segera menyusul PT JAI listing di bursa saham adalah PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT), lalu PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP).
Menurut Elvyn, perseroan berencana menggunakan 90% dari hasil IPO untuk membiayai belanja modal (capital expenditure). Sisanya 10% untuk modal kerja (working capital). Selain untuk keperluan ekspansi, IPO juga akan membuat AI lebih profesional dan transparan.
“Seluruh proceed IPO, kami serahkan sepenuhnya kepada PT JAI Tbk. Kami berharap dengan adanya momentum IPO ini menjadi langkah yang baru bagi JAI Tbk untuk terus menumbuh-kembangkan perusahaan. Kami bangga bahwa PT JAI sudah resmi tercatat di bursa dan sahamnya dapat dimiliki oleh publik,” kata Elvyn, usai pencatatan resmi PT JAI di BEI, Jumat (22/12) pagi.
Perusahaan yang tercatat dengan kode saham IPCM ini telah melepas sebanyak 1,21 miliar lembar saham baru atau setara dengan 23 persen dari modal ditempatkan dan disetor.

Sementara itu Direktur Pembinaan Anak Usaha Pelindo II, Riri Syeried Jetta kepada Ocean Week juga menyatakan, dengan tercatatnya JAI di bursaha saham, akan menjadikan perseroan lebih profesional lagi. Lagi pula PT Pelindo II, tak dapat dengan seenaknya mengatur, karena setelah hari ini (Jumat, 22/12), JAI dalam pengawasan publik.
Seperti diketahui bahwa JAI bergerak dibidang pemanduan dan penundaan kapal di pelabuhan milik negara, terminal swasta (TUKS), dan terminal khusus lepas pantai (oil & gas ship-to-ship/STS).
“Kalau dulu JAI hanya melakukan bisnis pandu tunda di wilayah pelabuhan kelolaan Pelindo II, namun sekarang bisa dan mesti ke seluruh Indonesia,” kata Elvyn.
Sebagai perusahaan pemanduan penundaan terbesar di Indonesia, JAI mengelola total 72 kapal tunda, pandu dan kepil. JAI menangani sekitar 50.000 kunjungan kapal per tahun di wilayah IPC dengan zero accident.
Selain itu, JAI merupakan perusahaan pandu tunda kapal yang memiliki tingkat profitabilitas paling tinggi, dalam tiga tahun terakhir, rata-rata marjin laba bersih sebesar 19,4%.
Menurut Dawam Atmosudiro, Dirut PT JAI Tbk, daya tarik utama JAI sebagai pilihan investasi adalah captive market, dimana JAI adalah satu-satunya penyedia pandu dan kapal tunda diwilayah kerja Pelindo II yang merupakan sentra perputaran uang di Indonesia, termasuk pelabuhan Priok yang menangani sekitar 65% ekspor impor petikemas Indonesia.
“JAI sendiri saat ini beroperasi di 11 cabang Pelindo II, di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan,” ungkap Dawam.
Disamping itu, ujar Dawam, JAI juga menangani terminal industri swasta (TUKS). “Saat ini JAI berhasil memperoleh sekitar 60% market share. Pasar lain yang dikembangkan adalah terminal khusus lepas pantai, dimana JAI telah memperoleh pelimpahan kewenangan di perairan pandu luar biasa tersebut,” katanya.
Dirut JAI Tbk ini menambahkan, hasil dari penjualan saham tersebut, akan diinvestasikan membeli sekitar 16 kapal tunda untuk memperkuat kinerja operasionalnya di pelabuhan Tanjung Priok dan tempat lainnya.
Kata Dawam, beberapa keunggulan tersebut merupakan peluang usaha yang menarik dan unik bagi para investor pasar modal. (***)