Sebanyak 8 juta ton setiap tahun supply batubara masuk ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati, di desa Tubanan, kecamatan Bangsri, Jepara. Ada dua jetty management yakni PT Arpeni (Apol) di Jetty 1 & 2, dan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) di jetty 3 & 4 yang sekaligus menangani keseluruhan pandu-tunda di wilayah ini. Masing-masing menangani sebesar 4 juta ton, jadi dari KBS dan Arpeni, total mencapai 8 juta ton.
Sewaktu jurnalis oceanweek.co.id berkesempatan mengunungi PLTU yang berperan mengaliri listrik daerah Jawa-Bali ini, terkesan sangat ramah lingkungan, safety, dan sagat efisien maupun efektif.
Diantar oleh Parwono (salah satu manager PT KBS Pusat) dan Andi (manager Jetty di PLTU Tanjung Jati PT KBS), keduanya mengajak berkeliling melihat berbagai fasilitas, mulai dari kegiatan bongkar batubara dari kapal, sampai ke fasilitas kapal-kapal tunda yang dioperasikan PT KBS.
Kebetulan, pada Kamis (21/12) kemarin, di Jetty 3 & 4 sedang bersandar kapal, membongkar batubara muatannya. “Kapal ini muat 68.000 ton asal Kalimantan. Kami bongkar paling lama tiga hari, per hari rata-rata bongkar antara 25 ribu ton sampai 27 ribu ton,” kata Andi sambil menunjukkan batubara yang dibongkar dengan menggunakan dua crane tersebut langsung masuk ke conveyor untuk kemudian ke tempat penimbunan.

KBS sendiri, setiap bulan tidak kurang menangani 9 kapal, per shipment rata-rata muat 68 ribu ton. “Pada bulan Desember hingga Maret, karena ombak sangat besar, kami perlu ekstra hati-hati,” ujar Andi asal Bandung ini.
Dari lokasi Jetty 3-4 ini pun tampak crane-crane di Jetty 1 & 2 tegak berdiri. Kebetulan, hari itu tidak ada kapal berkegiatan. Dirut PT Arpeni Oentoro Surya ketika dikonfirmasi juga membenarkan kalau produksi per tahun untuk PLTU Tanjung Jati B ini sebesar 4 juta ton.
Arpeni sendiri menggunakan dua kapal panamax 76.000 Dwt miliknya untuk mensupply ke PLTU ini, yakni MV Dewi Parwati, dan MV Chandra Kirana. “Per kapal hanya muat 67.000 mt, karena kapasitas dermaganya hanya kuat tahan maksimum 68.000 ton, jadi ada broken space 7000 mt,” ujarnya menjawab oceanweek, melalui WhatsApp, kemarin.
Andi menambahkan bahwa PT KBS sudah memulai di PLTU Tanjung Jati ini dari Desember 2009 lalu untuk masa kontrak 10 tahun. Anak perusahaan PT Krakatau Steel ini bukan hanya menangani jetty manajemen, melainkan juga melayani seluruh pandu-tunda.
“Kami siapkan tiga tug boad yaitu Petro Banteng dengan 1800 x2 House Power, lalu TB Aria Citra dan TB Mikasa Maru, keduanya memiliki 1500 x2 house power,” ucap Parwono menambahkan.

Seperti diketahui, PLTU Tanjung Jati B ini memiliki luas sekitar 150 hektare, diklaim menjadi PLTU yang ramah lingkungan.
Untuk memasuki wilayah ini tidaklah mudah. Penjagaan sangat ketat. Ada tiga pintu penjagaan yang mesti dilewati, di depan gerbang utama, kemudian gerbang kedua menukarkan identitas, dan gerbang menuju ke jetty.
Memasuki ke areal PLTU, tampak sejumlah logo perusahaan terpampang disudut utama, antara lain logo PT KBS dan Arpeni. Meski bersama pihak jetty manajemen, standar perlengkapan pun mesti dikenakan, misalnya wajib menggunakan helm, rompi (APD/alat pelindung diri), masker, dan lain-lain.
Kawasan pertama yang dikunjungi ialah Jetty 3 & 4. Disinipun mesti harus melewati security, namun karena bersama pihak KBS, pemeriksaan tak lagi super ketat sebagaimana di pintu awal.
Setelah mendekat di dermaga, hari itu sedang ada kegiatan satu kapal bongkar batubara. Batubara yang berjumlah sekitar 68.000 ton itu dibongkar menggunakan dua crane darat, kemudian batubara itu langsung masuk ke conveyor sebelum ke tempat penumpukan atau langsung digunakan untuk pembakaran pembangkit listrik.
Sebagai orang yang baru 4 bulan bertugas disini, Andi hanya ditemani beberapa anak buahnya yang mengawasi operasional bongkar batubara.
Oceanweek mencatat kesan bahwa PLTU Tanjung Jati patut dicontoh untuk model pengelolaan pelabuhan di Indonesia. Bersih, aman, nyaman, tak terkesan angker, meski yang dibongkar batubara, tapi jauh dari polusi. Batubara pun tak tampak berceceran.
Dikejauhan terlihat dua cerobong pembangkit listrik yang terus mengeluarkan kepulan asap.
Andi maupun Parwono bercerita, kedepan akan dibangun lagi jetty 5 dan 6. Pihaknya tentu berharap dapat masuk sebagai pengelolanya, termasuk pandu dan tundanya.
Setelah cukup melihat kegiatan bongkar batubara, keduanya pun mengajak untuk melihat kapal-kapal (tug boad) yang dioperasikan KBS. Tiga tug boad, hari itu (kamis, 21/12) sedang ditambatkan di dermaga, karena tak ada kegiatan pemanduan penundaan.
Para awak kapal pun tampak memanfaatkannya untuk melakukan kontrol terhadap kapal, kalau-kalau ada komponen yang perlu diperbaiki. “Kami memang selalu kontrol terhadap kapal-kapal itu, sehingga pada waktu digunakan selalu siap,” ujar Parwono.
Andi dan Parwono pun kembali menceritakan, bahwa dalam sehari, PLTU ini bisa menghabiskan 24 ribu ton batu bara. PLTU ini pun menyediakan batu bara cadangan setidaknya untuk 45 hari ke depan.
Mereka juga menyinggung jika proyek pembangunan PLTU Jawa 4 yang sedang digarap itu, rencananya dioperasikan pihak swasta pada tahun 2020.
Untuk diketahui, PLTU dengan kapasitas 4 x 710 MW ini menggunakan batu kapur untuk menurunkan konsertasi emisi sulfur hingga 98 persen atau hampir bersih.
PLN sebagai penanggung jawab PLTU Tanjung Jati B berkomitmen untuk mengoperasikan pembangkit secara maksimal, aman dan ramah lingkungan.
Paradigma batu bara yang kotor, hitam, tidak ramah lingkungan merupakan tantangan yang perlu dijawab dengan berbagai macam solusi. Salah satunya adalah penggunaan teknologi batu kapur dalam proses Flue Gas Desulfurization (FGD).
FGD merupakan proses pencampuran emisi gas hasil pembakaran batu bara dengan zat pengikat agar kandungan sulfur yang dilepaskan ke atmosfer rendah. Pada umumnya zat pengikat yang digunakan oleh PLTU adalah air laut.
Karena hujan tak kunjung berhenti, perjalanan menyelusuri PLTU Tanjung Jati untuk melihat langsung proses bongkar batubara, dan suasana pelabuhan khusus yang cukup asri inipun berakhir pula. Yang pasti, PLTU Tanjung Jati merupakan contoh pelabuhan yang perlu ditiru sebagai green port. (***)