Tak dapat dipungkiri, pandemi covid-19 yang melanda dunia memberikan dampak besar terhadap perekonomian baik global maupun nasional. Namun, saat ini kita sudah berada dalam tahapan fase adaptasi kebiasaan baru transportasi laut di mana aktivitas logistik domestik harus kembali normal seperti semula.
Hal itu disampaikan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Dirlala) Capt. Wisnu Handoko saat menjadi pembicara pada Webinar INSA, bertajuk Pelayaran Indonesia Menuju Indonesia Maju, melalui aplikasi Zoom Meeting, Jumat (19/6) siang.
Menurut Capt. Wisnu, prinsip pergerakan transportasi laut pada masa Covid-19 antara lain sosial distancing, menerapkan protokol kesehatan dan melancarkan jalur logistik.
“Yang terpenting adalah bagaimana cara memanfaatkan waktu yang sangat berharga dalam masa Covid-19 ini, termasuk di antaranya menjaga kesehatan tubuh dan memastikan pelayanan transportasi laut tetap berjalan hingga ke depan,” ujar Capt. Wisnu.
Pada kesempatan tersebut, Dirlala memaparkan tentang Bagaimana Bernavigasi di Tengah Pandemi Covid-19 dengan Mengatur Industri Maritim di Indonesia. Selain Dirlala, hadir sebagai pembicara yaitu Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno dan Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B. Pontoh.
Dia menjelaskan tentang regulasi yang telah diterbitkan oleh Kemenhub selama masa pandemi, di antaranya Surat Edaran Nomor SE 12 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang dengan Transportasi Laut dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman dari Pandemi Covid-19.
“Setiap penumpang, operator kapal, operator terminal penumpang maupun Syahbandar memiliki kewajiban dan tanggungjawab yang harus dipenuhi dalam masa adaptasi kebiasaan baru ini agar tetap aman dari Covid-19,” kata Capt. Wisnu.
Lebih lanjut Capt. Wisnu menguraikan tentang kesehatan global dan penanganan krisis saat pandemi Covid-19, termasuk skenario dampak ekonomi akibat krisis di dunia dan juga dampak ekonomi di ASEAN.
“Pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 diproyeksi terkontraksi. Tingkat ketidakpastian yang tinggi menunjukkan masih adanya risiko downside pada proyeksi,” tuturnya.
Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi oleh berbagai institusi menunjukan divergensi di tengah tingginya ketidakpastian.
“Dampak pandemi juga menyebabkan resesi atau perlambatan ekonomi yang terjadi secara luas termasuk pada mitra dagang Indonesia. Pendemi juga mendorong peningkatan pengangguran di hampir seluruh negara maju serta menekan harga komoditas,” tandasnya.
Namun di tengah pandemi, lanjutnya, neraca perdagangan masih mencatatkan surplus yang ditopang pertumbuhan positif ekspor. Meski demikian, penurunan impor menunjukkan adanya tekanan pada aktivitas ekonomi domestik.
Jika berbicara tentang simpul logistik maritim di tengah covid-19 masih menunjukan optimisme, di mana perdagangan dan logsitik dunia masih terus berjalan di tengah covid-19.
“Peluang ekspor Indonesia masih ada, asal tetap fokus pada produk yang dibutuhkan oleh negara mitra dagang besar dan produk yang berdaya saing tinggi,” imbuh Capt. Wisnu.
Pihaknya menegaskan, pelabuhan laut harus tetap dibuka sekalipun ada berbagai pembatasan. Adapun data menunjukkan aktivitas kapal masuk dan keluar pelabuhan Indonesia tetap berjalan selama pandemi. (hub/**)