Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Hubla Kemenhub Capt. Wisnu Handoko mengungkapkan bahwa masih adanya disparitas harga barang antara wilayah dan daerah di Indonesia tak bisa diselesaikan sendiri melalui program tol laut, perlu melibatkan banyak pihak.
“Jika yang dijadikan parameter hanya disparitas, maka tidak akan dapat diselesaikan sendiri oleh program tol laut. Banyak hal yg belum bisa dicover oleh subsidi angkutan barang. Seperti TKBM, Fasilitas pelabuhan, Pengendalian distribusi, Monopoli dalam perdagangan, Sistem Logistik antar moda yang sifatnya multi sektor dan telah berlangsung lama,” katanya menjawab Ocean Week, Sabtu pagi, mengenai belum optimalnya tol laut bisa menurunkan biaya logistik.
Menurut Capt. Wisnu Handoko, untuk mencapai disparitas harga proporsional, semua aspek harus diperbaiki secara simultan oleh seluruh lembaga terkait salah satunya dengan Memperkuat supervisi perdagangan antar pulau.
“Lalu menerapkan digitalisasi salah satunya dengan National Logistik Ekosistem (NLE), juga pengembangan sarana prasarana infrastruktur pelabuhan secara terus menerus mengikuti kebutuhan jumlah dan jenis komoditi,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat memberi arahan pada pelantikan DPP INSA melalui zoom, Jumat (19/6) mengakui jika program tol laut belum dijalankan secara maksimal.
Selama empat tahun berjalan, program tersebut belum mampu menekan biaya logistik dan mendorong kelancaran arus distribusi barang.
Budi Karya menyatakan penyebab tol laut belum optimal lantaran arus angkutan balik dari wilayah timur ke barat Indonesia tak sebanding dengan barat ke timur.
“Kita perlu improve (tingkatkan), kita harus meletakkan hati kita tol laut agar ini memang berjalan dengan baik. Satu problem (masalah) adalah angkutan dari timur ke barat belum ada,” katanya.
Padahal, menurut Menhub Budi Karya, bahwa wilayah timur Indonesia memiliki komoditas yang kompetitif yang dibutuhkan di Pulau Jawa, seperti ikan, rumput laut dan kayu.
Karena itu, Menhub meminta peran serta INSA dalam mencari komoditas di wilayah timur agar bisa diangkut ke wilayah barat.
“Anggota INSA yang terlibat dalam tol laut juga berperan serta mencari barang di Indonesia timur ke sini. Ada anggota INSA di angkutan batu bara, bersama-sama buat CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) ke pedalaman Kaimana, Sorong, Merauke,” tambah dia.
Meski demikian, Menhub mengklaim sembilan bahan pokok sudah hadir di wilayah timur serta disparitas harga yang sudah berupaya ditekan hingga tidak jauh berbeda dengan di Pulau Jawa.
“Tol laut menjadi hal yang penting bagi saudara-saudara kita di Indonesia bagian timur. Tol laut adalah menjadi suatu upaya kita memastikan supply (ketersediaan) logistik di bagian timur jalan dengan baik. Kita pastikan beras, minyak, gula dan sembilan bahan pokok ada di sana. Lebih dari itu, kita pastikan disparitas harga antara di Jawa dengan di Indonesia bagian timur harus sudah sama,” kata Menhub Budi Karya Sumadi. (ant/ow/**)