Musibah terbaliknya tongkang bermuatan sekitar 7.5 ribu ton batubara di Sungai Mantaritip, ke arah Muara Pantai Tanjung Redeb, Kabupaten Berau pada Jumat malam (18/10) lalu, kini sudah dikandaskan ke pinggir sungai Berau dalam keadaan Capsize (Tengkurap).
“Tapi, sebanyak 7,5 ribu ton batubara batubara yang dimuat sudah habis tumpah ke sungai, untungnya alur sungai itu dalam, sehingga tak mengganggu lalu lintas tug boad yang lalu lalang di sungai tersebut,” ujar Capt Hasanul Haq Batubara, pelaku usaha di daerah itu kepada Ocean Week saat dimintai informasi mengenai kondisi terkini tug boad nomor lambung Intan Megah 14, melalui WhatsApp nya, Senin (21/10).
Menurut Hasanul, muatan nya paling di gosok tongkang 2 di belakangnya?. Yang jelas kalau pihak lingkungan pasti mengenai pencemaran lingkungan.
Seperti diketahui bahwa peristiwa terbaliknya tongkang muatan batubara nahas tersebut terjadi pada hari Jumat sekitar pukul 20.30 WITA, dan diduga berpotensi menyebabkan pencemaran sungai.
Sekitar 7.000 ton batubara muatannya tumpah ke sungai. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Kabarnya, tongkang berukuran 300 feet itu memulai perjalanan dari port of loading di Suaran Port, Jetty milik PT Berau Coal.
Tongkang itu rencananya menuju muara sebelum mengalami kecelakaan. Sebenarnya sudah ada tanda-tanda bahaya, hal itu terlihat sejak pengisian batubara di jeti, ketika tongkang mulai miring.
“Dari Jetty sudah mulai miring-miring, kami sudah mau kandaskan tongkang karena mulai miring. Tapi, saat air pasang dan kami jalan lagi, kemiringan bertambah hingga akhirnya batubara tumpah sekitar pukul 20.30 WITA,” ujar Kahar, salah satu crew kapal kepada wartawan, Sabtu (19/10).
Insiden ini menambah daftar panjang kecelakaan pelayaran di Kabupaten Berau. Dan ini mesti menjadi perhatian regulator maupun operator mengenai pentingnya standar keselamatan di jalur transportasi batubara.
Sementara itu, mengutip laman website hubla.dephub.go.id, insiden tenggelamnya tongkang Intan Kelana 23 terjadi setelah proses pemuatan batubara di Jetty Suaran, milik PT Berau Coal.
Kejadian tersebut terjadi pada Kamis, 17 Oktober 2024, pukul 23.25 wita saat tongkang tersebut memuat batubara dengan total cargo sebanyak 7.537,139 metrik ton (MT).
Proses pemuatan berlangsung hingga Jumat, 18 Oktober 2024, sekitar pukul 01.45 WITA.
Namun setelah pemuatan selesai, kondisi tongkang dilaporkan dalam keadaan miring ke kiri. Surveyor yang berada di lokasi sudah memberikan informasi kepada Master Loading bahwa tongkang tersebut dalam kondisi miring dengan kemiringan mencapai 65 cm. Meskipun demikian, proses pelepasan tongkang (cast off) dari jetty tetap dilanjutkan.
Waktu itu, sekitar pukul 06.00 WITA, kemiringan tongkang semakin bertambah parah. Kru kapal kemudian mengambil inisiatif untuk mengandaskan tongkang guna meminimalisir risiko lebih lanjut.
“Namun, muatan batubara yang tidak stabil mulai longsor, menyebabkan tongkang semakin miring hingga akhirnya tenggelam di posisi koordinat 02°01’1352″ N dan 117°48’0402″ E. Penyebabnya adalah karena proses pemuatan dengan kondisi kapal yang miring yang mungkin air masuk lewat Manhole,” ujar sumber dikutip dari website hubla.dephub.go.id. (***)