Perkembangan teknologi digital dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap kinerja TKBM (tenaga kerja bongkar muat) di pelabuhan Indonesia, khususnya Tanjung Priok. Mengingat kedepan, pelabuhan tersibuk di negeri ini akan mengarah pada sistem digital.
Jadi, jika sistem kepelabuhanan semua menggunakan aplikasi digital, kebutuhan TKBM pun akan berkurang banyak. “Sekarang saja, dengan banyaknya angkutan barang menggunakan kontainer, penggunaan TKBM sudah berkurang banyak,” kata Parmin, Sekretaris Koperasi TKBM Tanjung Priok, saat dikonfirmasi Ocean Week, di Jakarta, Kamis (28/2).
Dia memisalkan, sekarang jumlah buruh yang ada di NPCT1 hanya 6 orang, di TPK Koja dan JICT 8 orang. “Yang masih tetap 12 orang ada di kegiatan non petikemas untuk barang-barang general kargo,” ujarnya.
Parmin menyatakan bahwa dengan perubahan tatanan di pelabuhan Priok, dan adanya perkembangan teknologi yang sudah banyak diterapkan di pelabuhan Priok, dipastikan akan banyak dilakukan pengurangan terhadap TKBM.
“Kami memang sudah melakukan rasionalisasi terhadap TKBM, tetapi sekarang ini terhenti. Nantinya, jika sudah semua menggunakan digital, idealnya jumlah TKBM di Priok hanya sekitar 1500 orang,” ungkapnya.
Karena itu, pihaknya sudah terus menerus menginformasikan kepada para TKBM, bagaimana perkembangan yang bakal terjadi kedepan untuk pelabuhan Tanjung Priok.
Sementara itu, Parmin juga menceritakan jika kepengurusan Koperasi TKBM Tanjung Priok akan dilakukan pemilihan kembali pada tanggal 6 Maret 2019, bertempat di Terminal Penumpang pelabuhan Priok, bersamaan dengan rapat anggota tahunan (RAT) untuk koperasi tersebut.
Ada 5 bakal calon (Balon) yang akan maju untuk pencalonan ketua, yakni Parman (ketua koperasi TKBM saat ini), Suherdi (wakil ketua II), Abudin, Adik, dan Mawi.
Mereka akan dipilih oleh sekitar 329 pemilih yang semuanya anggota koperasi TKBM menjadi ketua periode 2019-2024. (***)