Direktur Operasional dan Business Development PT Pelayaran Tamarin Samudera Tbk (TAMU), Leo A. Tangkalisan menyatakan adanya dampak mulai stabilnya harga minyak dunia dikisaran US$50 per barel.
Dalam keterangannya, Leo menyebutkan perseroan juga mulai ada kenaikan kontrak penyewaan pelayaran lepas pantai.
“Kenaikan belum sampai yang signifikan sekali. Tetap ada pengaruh tapi tidak besar. Paling naik sedikit sekitar 3%-5%,” ujarnya kepada wartawan, di Jakarta.
Sampai saat ini, pelanggan yang menyewa kapal dari TAMU adalah Petronas Carigali dan CNOOC SES Ltd. TAMU sedang melakukan tender penyewaan kapal Petroleum Charlie ke CNOOC SES Ltd, PHE, dan Pertamina EP.
Meski begitu, pihak TAMU belum diberi kabar perkembangan tender tersebut. Sedangkan untuk tender penyewaan kapal Petroleum Winners, TAMU menang dengan harga penawaran terendah untuk Petronas Carigali.
“Kami masih menunggu kabar terbaru dari Petronas. Entah apakah ada kendala dari Petronas atau bagaimana, kami kurang tahu,” ungkap Leo.
Bila kedua tender ini berhasil, Leo memproyeksikan hingga akhir tahun 2017 pendapatan akan meningkat maksimal 25% menjadi US$ 16,76 juta. Sedangkan bila Petroleum Charlie tidak berhasil, proyeksinya hanya sekitar 10%-15% menjadi sekitar US$14,674 juta. Leo menargetkan laba bersih TAMU tahun 2017 sebesar US$600.000 hingga US$1 juta.
Target nilai kontrak, Leo berharap sampai akhir tahun 2017 nanti ada pertumbuhan hingga 20%. Hingga saat ini, TAMU belum ada perjanjian kontrak baru. TAMU belum akan merambah ekspansi ke sektor lain selain sektor migas. Namun, TAMU tetap melakukan diversifikasi dari sisi equipment.
Setelah melantai bursa pada Mei 2017 lalu, TAMU mendapatkan dana dari IPO sebesar Rp82,5 miliar. Leo menjelaskan bahwa hasil IPO ini akan digunakan untuk modal kerja.
“Kalau terjadi penambahan armada, kami akan memakai source lain dan bukan dari dana IPO, seperti dari perbankan atau menerbitkan obligasi. Penambahan armada ini masih dalam pengkajian,” jelas Leo.
Realisasi pendapatan pada semester 1 tahun 2017, TAMU mendapatkan sebesar US$7,283 juta, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$5,750 juta. Sedangkan TAMU masih mengalami kerugian sebesar US$1,094 juta. Kerugian ini berkurang dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,310 juta. (ktn/**)