Industri pelayaran dan logistik global secara umum sedang mengalami turbulensi. Ketidakpastian dan perang dagang antar dua negara super power (China dan Amerika Serikat) menyebabkan kontraksi ekonomi dan perlambatan pertumbuhan volume perdagangan dunia.
Situasi dan kondisi tersebut bukan berarti akan menyurutkan PT Samudera Indonesia (SI) melangkah kedepan. Namun, justru banyak strategi yang direncanakan, baik di sektor shipping, logistik, maupun pelabuhan. Misalnya untuk usaha shipping, perseroan akan berfokus pada domestik, karena potensinya besar.
“Kita bukan hanya berkonsentrasi untuk sektor tanker, kontainer, bulk, tapi tidak tertutup kemungkinan masuk juga pada cruise, apalagi dunia wisata sedang semarak,” ungkap Masli Mulia, Direktur Utama PT Samudera Indonesia, saat jumpa pers, usai RUPS, di Jakarta, Rabu (26/6).
Mantan Ketua Umum Gafeksi (kini namanya ALFI) yakin dan optimis kalau dunia shipping akan terus hidup. “Kami akan tetap fokus di transportation industry, kita yakin bisa terus,” katanya beralasan sepanjang ada orang dan barang, pasti membutuhkan transportasi.

Pendapat serupa pun mengemuka dari Bani Maulana Mulia (Direktur Pengelola Samudera Indonesia). Kata Bani, untuk shipping, perseroan lebih fokus pada sektor tanker. “Peluang tanker kontribusinya lebih bagus. Apalagi pemerintah sekarang telah mengembangkan dan membuka peluang baru yakni bio diesel. Ini pasti perlu kapal angkut,” ujarnya.
Meski begitu, lanjut Bani, pihaknya tetap menggarap sektor petikemas, meski disini terjadi banyak persaingan dan rebutan dengan pemain pelayaran petikemas lainnya. “Dry bulk kami juga kembangkan. Pastinya Samudera Indonesia tetap fokus menggarap port, shipping, dan logistik,” kata Bani bersemangat.
Ditanya mengenai pengembangan TPK Palaran, Bani menyatakan bahwa untuk sementara pengembangan TPK Palaran yang dikelola PT Pelabuhan Samudera Palaran (grup Samudera Indonesia) ditunda dulu. “Saat ini kami melakukan optimalisasi TPK Palaran, dari sisi kinerja, meningkatkan produktivitas bongkar muat, dan ternyata lebih efektif dan efisien,” ungkapnya.
Incar Patimban
PT Samudera Indonesia yang tahun ini membagikan deviden sebesar Rp 52,4 miliar atas pencapaian kinerja tahun 2018 membukukan laba mencapai US$ 7,3 juta, juga mengincar bisa sebagai pengelola pelabuhan Patimban, di Subang, Jawa Barat.
“Sudah lama kami mempersiapkan untuk ikut tender Patimban. Bukan itu saja, Samudera Indonesia juga mengincar tender-tender proyek-proyek penting lainnya. Kita sudah bicara dengan bank-bank internasional untuk mendanai proyek-proyek yang digarap kami. Kenapa bank luar negeri, karena mereka bisa kasih bunga lebih murah dibanding bank dalam negeri,” kata Bani Mulia.
Pengusaha muda ini pun mengaku bahwa pihaknya menyambut baik rencana pemerintah untuk memberikan peluang kepada swasta dalam pengelolaan pelabuhan Patimban. Dengan pengalaman panjang yang dimiliki dalam pengelolaan pelabuhan peti kemas di Tanjung Priok dan Samarinda (TPK Palaran), Samudera Indonesia yakin memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaan Pelabuhan Patimban nantinya.
“Kami juga siap berkolaborasi dengan mitra nasional dan mitra Jepang dalam proyek ini,” ucap Bani Mulia diamini Masli Mulia dan direksi lainnya.
Bani juga bercerita jika di tahun 2019, Samudera Indonesia berencana melakukan investasi sebesar USD 180 juta yang dialokasikan untuk sektor pelabuhan sebesar 44 persen, pelayaran 42 persen, logistik 11 persen, dan properti 3 persen.
Selain ikut tender pengelolaan Pelabuhan Patimban, Bani menyampaikan, Samudera Indonesia dan MMC Corporation Berhad selaku operator pelabuhan terbesar Malaysia dan pengendali salah satu pelabuhan transhipment terbesar di Asia, sepakat untuk menjajaki rencana kolaborasi strategis antara kedua pihak.
“Dalam pengembangan kapasitas usaha pelayaran, Samudera Indonesia tetap optimis dan selektif menggarap peluang di Indonesia dan Asia. Salah satu prioritas saat ini adalah memaksimalkan segmen tanker yang lebih menjanjikan,” terangnya.
Untuk itu, Samudera akan melakukan peremajaan kapal tanker untuk melayani setidaknya tiga target market yaitu kargo Crude Palm Oil (CPO), produk kimia, dan biodiesel. “Kami sudah bangun baru kapal tanker di Jepang, kemungkinan tahun 2020 di delivery kesini,” ujarnya lagi.
Menindaki situasi dan kondisi perekonomian sekarang ini, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) membuat divisi khusus riset bernama Samudera Indonesia Research Initiatives (SIRI) yang telah dibentuk pada November 2018.
Direktur Pengelola SDMR, Bani Maulana Mulia menuturkan, SIRI memiliki visi untuk membantu perusahaan mencapai kinerja yang optimal, didukung kajian dan analisa dengan basis data dan metodologi yang akurat untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan mencapai efisiensi alokasi sumber daya.
“Divisi ini bertindak menjadi think tank yang membantu memberikan masukan kepada manajemen baik insights yang berkaitan dengan aspek makro ekonomi maupun industri,” tuturnya.
Secara tugas, SIRI memiliki beberapa misi seperti memberikan masukan kepada perusahaan tentang segala aspek makro dan mikro yang bisa mempengaruhi kinerja perseroan ke depan.
Selain itu, juga bantu para pengambil keputusan untuk bisa lebih memahami tren dan siklus bisnis dalam industri pelayaran dan logistik. Hal ini berkaitan dengan pergerakan perekonomian dunia, harga komoditas serta variabel-variabel makro ekonomi, fiskal dan moneter.
“SIRI juga membantu perusahaan untuk melihat dampak dari emerging technologies di masa mendatang terhadap sektor logistik dan transportasi,” sambung Bani.
Dalam pembahasan divisi, ia menyebutkan, perang dagang China-AS memiliki dampak terhadap perekonomian global. Sehingga volume perdagangan ekspor-impor di sektor pelayaran juga terpengaruh terhadap adanya perang dagang ini. “Jadi kita hati-hati, konservatif terhadap jalannya industri kita. Ekspansi harus dilaksanakan dengan selektif, dan dilihat case by case,” kata Bani Mulia. (ow/***)