Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan pengembangan Pelabuhan Benoa, Bali untuk mendukung kedatangan kapal wisata bisa selesai setahun sebelum pertemuan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) pada Oktober 2018.
“Kita harapkan setahun sebelum Annual Meeting IMF-WB (pengembangan) sudah selesai,” kata Arief ditemui di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa (1/8).
Arief menuturkan pengembangan terminal kapal wisata atau cruise di Pelabuhan Benoa diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah meningkatkan kunjungan kapal wisata ke Indonesia yang potensinya mencapai tiga juta orang.
“Tapi kenyataannya kita hanya dapat 200 ribu kunjungan sampai sekarang. Jadi kurang lebih 10 persen. Bahkan 10 persennya saja seharusnya kan 300 ribu kunjungan,” katanya.
Pengembangan Pelabuhan Benoa meliputi perluasan terminal penumpang internasional dengan total 4.887 meter persegi sedangkan peruntukan luas area kedatangan 1.000 meter persegi, luas area keberangkatan 1.238 meter persegi, dan luas area bagasi 750 meter persegi.
Dermaga Timur yang awalnya sepanjang 290 meter juga diperpanjang menjadi 340 meter.
Peningkatan dan perluasan pelabuhan dilakukan untuk menampung, mengakomodasi kapal-kapal besar termasuk kapal cruise untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.
Arief mengatakan hingga saat ini Pelabuhan Benoa baru bisa menampung satu atau dua kapal pesiar.
“Kalau ini kita bangun, yang terbesar itu bisa menampung cruise dengan muatan sampai 6.500 penumpang. Kalau orang datang dengan kapasitas 6.500 penumpang itu sama dengan mendatangkan 40 Boeing, jadi satu Boeing tukar dengan 40 cruise. Bayangkan betapa mudahnya,” tuturnya.
Selain melakukan pengembangan pelabuhan, pemerintah juga telah memberikan diskon tarif sandar kapal hingga 50 persen.
Pemberian diskon diharapkan bisa membuat Indonesia bisa berkompetisi dengan negara tetangga yang mampu menarik banyak kapal pesiar.
“Sudah ada surat dari Kementerian Perhubungan bahwa kita boleh memberikan diskon sampai dengan 50 persen. Semula tarif kita dua kali lipat dibanding kompetitor seperti Singapura dan Malaysia. Sekarang sekitar 20 ribu dolar AS kalau ada cruise yang bersandar di Indonesia,” katanya.
Arief mengatakan penurunan tarif ditargetkan dapat mendatangkan kunjungan wisatawan hingga dua kali lipat di tahun depan dari 200 ribu menjadi 400 ribu orang seluruh Indonesia dengan total devisa mencapai 480 juta dolar AS atau setara Rp6,4 triliun. (ant/***)