Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) sangat mengapresiasi positif rencana masuknya kapal CMA CGM kapasitas 10.000 TEUs pada Juni 2017 ke pelabuhan Tanjung Priok untuk rute pelayaran Jakarta-Los Angeles Amerika Serikat. Diharapkan dengan adanya direct call melalui kapal ‘raksasa’ itu biaya logistik dapat turun 5%.
“Sejak awal DPP ALFI sangat mendukung masuknya CMA CGM ke Priok. Apalagi direct call ini menjadi cita-cita semua kalangan sejak dulu. Selain ke Indonesia (Tanjung Priok-red) kapal itu juga mampir ke Thailand dan Vietnam untuk memuat petikemas sebelum melanjutkan ke Amerika. Menurut saya tak masalah, karena hal itu biasa saja terjadi dalam angkutan laut yang berjarak jauh, dari sisi waktu juga lebih pendek dan akhirnya biaya menjadi lebih efisien,” kata Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi kepda Ocean Week, Jumat (12/5) pagi menanggapi rencana masuknya kapal CMA CGM 10 ribu TEUs pada Juni mendatang.
Yuki menegaskan, bahwa kapal akan datang ke pelabuhan kalau barangnya tersedia. “Prinsipnya ship follow trade,” ujarnya.
Oleh karea itu, sekali lagi DPP ALFI berkomitmen selalu memberi dukungan pada setiap langkah kebijakan yang baik. Tetapi, pihaknya pun akan terus mengevaluasi pada setiap perkembangan yang ada. “Targetnya kita bisa mendorong penurunan biaya logistic 5%, apakah itu untuk kegiatan cros border agar ekspor kita semakin berdaya saing, juga untuk domestic dari sisi disparitas harga semakin kecil,” ungkapnya lagi.
Untuk mencapai itu, Yukki yakin bahwa semua pihak sudah melakukan kerja keras untuk terciptanya iklim usaha yang baik di Indonesia, khususnya sector logistic.
Dalam situasi dan kondisi ekonomi global yang belum kembali normal, ungkap Ketua AFFA (Asean Freight Forwarder Association) ini, masuknya kapal 10.000 TEUs ke Indonesia (pelabuhan Priok-red) patut kita apresiasi, meskipun saat ini kapal kapasitas itu bukan yang terbesar di dunia, tetapi terbesar yang datang kesini.
“Kami berharap akan ada kapal-kapal besar lain yang masuk ke Indonesia, bukan hanya rute ke Amerika saja, namun juga untuk tujuan Eropa atau Negara lainnya,” ucap Yukki.
Sebelumnya Direktur Operasi dan Sistem Informasi Pelindo II, Prasetyadi menyatakan, direncanakan kapal peti kemas berkapasitas sekitar 10.000 TEUs akan bersandar di dermaga JICT pada Juni 2017 mendatang.
Menurut Prasetyadi, pihak CMA CGM telah melakukan koordinasi untuk kedatangan kapal peti kemas dengan ukuran raksasa berlabuh ke Indoensia. “CMA CGM berniat meningkatkan kapasitas kapal pengangkutnya lantaran adanya tren peningkatan. Tingkat okupansi (keterisian) untuk kapal 8.500 TEUs yang tinggi dinilai tidak lagi cukup untuk membawa muatan barang,” ujarnya.
Service Java South East Asia Express Services atau “JAX Services”, dengan rute Tanjung Priok, Jakarta ke West Coast, Los Angeles dan Oakland, Amerika Serikat itu sandar setiap hari minggu secara rutin (weekly call), kapal juga singah di Thailand dan Vietnam.
“Okupansi saat kapal 8.500 TEUs datang itu pertama sekitar 1.600 TEUs, yang kedua meningkat jadi 2.000 TEUs, ketiga 2.600 TEUs dan kemarin sudah 3.000 TEUs dari Jakarta. Kapalnya kan menuju Thailand dan Vietnam juga, jadi sampai Los Angeles sudah penuh,” kata mantan Dirut Terminal Petikemas Teluk Lamong itu.
Sementara itu, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha dan Pelaksana Pelindo II Saptono R Irianto, menuturkan kapal berukuran besar bisa masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok setelah pihaknya dan CMA-CGM menjalin kerja sama.
Pelabuhan Tanjung Priok juga terus melakukan perbaikan sistem, fasilitas maupun infrastruktur, serta tarif pelayanan agar mampu berkompetisi dengan pelabuhan dunia.
Sebagai lokasi konsolidasi kargo dari seluruh wilayah Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub internasional sehingga kegiatan ekspor impor tidak perlu melalui Singapura.
Saptono optimistis kapal besar akan datang karena eksportir dan importir akan lebih memilih Pelabuhan Tanjung Priok ketimbang Singapura.
“Pelindo II punya fasilitas untuk kapal besar, seperti kedalaman yang sudah minus 16 meter, jadi kapal besar akan datang,” katanya. (ow)