Pelayaran merugi hingga ratusan juta rupiah akibat belum beresnya system inaportnet yang diberlakukan di pelabuhan Tanjung Priok sejak go live 11 November 2016 lalu.
“Kalau sewa kapal per hari sekitar US$ 5.000, ditambah demurage dua hari saja sudah berapa, bahan bakar juga nambah, belum lagi biaya operasional menjadi membengkak,” kata Sumber pelayaran yang tak bersedia disebut namanya kepada Ocean Week, Senin (21/11).
Padahal, selama lebih kurang 10 hari pemberlakuan inaportnet di pelabuhan Priok, banyak sekali delay kapal. Akibatnya kerugian tak bisa dihindari. Misalnya denda terhadap tiga kapal Wan Hai. “Wan Hai 503 kena denda SK Dir (SK Direksi Pelindo) sebesar US$ 10 ribu, kalau tiga kapal sudah berapa,” tutur sumber yang lain, Senin malam.
Karena itu, Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto minta kepada Ketua DPC INSA Jaya untuk segera berkirim surat kepada pemerintah (Kemenhub) lewat OP tentang dua hal.
Pertama, inaportnet tetap diberlakukan terhadap 10 perusahaan pelayaran, kedua menggunakan system manual sembari menunggu kesiapan semua pelayaran diluar 10 pelayaran mandatory system inaportnet, ditambah pencabutan SK Direksi Pelindo II.
Carmelita juga menghimbau agar pelayaran bersabar atas masalah yang menimpanya karena system inaportnet tersebut, sebab Ketua Umum DPP INSA ini terus berkomunikasi dengan pemerintah dalam mencari solusi terbaik terhadap keberlangsungan operasional di pelabuhan Priok.
Alleson (Ketua DPC INSA Jaya) menyatakan INSA Jaya secepatnya mengirimkan surat ke pemerintah terkait inaportnet system di Priok tersebut. “Mudah-mudahan Selasa (22/11) surat sudah kami kirimkan ke pemerintah, dengan tembusan ke Menteri Perhubungan dan yang terkait,” ujarnya.
Sementara itu, Capt Alimudin (Wakil Ketua DPC INSA Jaya) menceritakan, sebelum inaportnet go live, Kepala OP Tanjung Priok Nyoman Gede Seputra mengatakan bahwa pada awal pelaksanaan penggunaan inaportnet pasti akan ada kendala. “Jadi sebenarnya itu sudah disadari sebelumnya oleh pihak OP, karena itu seharusnya kendala ini tidak terjadi. Apalagi sebelumnya juga sudah ada implementasi inaportnet di Makassar, Perak dan Belawan. Harapannya ada solusi agar tidak berdampak yang merugikan kepada pengguna jasa yang berkepanjangan,” ucapnya.
Alimudin berharap pihak regulator juga aware dengan kerugian yang dialami oleh pengguna jasa (pelayaran) baik waktu, tenaga maupun finance. “Seharusnya ada kebijakan khusus untuk ini,” ungkapnya.
VMS Sistem
Banyak pelayaran kepada Ocean Week mengungkapkan sembari menunggu system inaportnet benar-benar dipahami pelayaran dan mendekati sempurna secara operasional, mereka (pelayaran-red) non mandatory (diluar 10 pelayaran) menginginkan menggunakan New Vessel management System (VMS).
Menurut sumber di Pelindo II, VMS adalah langkah dari Pelindo II untuk menyesuaikan diri akan datangnya implementasi inaportnet dalam upaya memberikan pelayanan terbaik bagi segenap pelanggannya.
Sebelumnya, proses kapal datang dan berangkat cukup menggunakan system dari pelindo II, baik dengan Simopel maupun dengan PCS. Untuk pembuatan PPKB, termasuk pula memunculkan PKK.
Dengan diimplementasikannya inaportnet, maka dimensinya menjadi dua bagian yang berbeda, pertama dimensi regulasi terkait aturan, dan kedua dimensi operasi terkait layanan.
Dimensi regulasi menggunakan system dari kemenhub (inaportnet), dengan kantor OP Tanjung Priok sebagai pengawalnya, didampingi oleh kantor Syahbandar Priok.
Dimensi operasi menggunakan system dari Badan Usaha Pelabuhan (pelindo II), baik itu Simopel yang merupakan core system maupun PCS yan merupakan interfacing system penginputan.
Dengan dikawal oleh tim darat (terminal operasi, billing, datin, pelayanan pelanggan), serta tim laut (kepanduan) yang diintegrasikan dalam wadah PPSA.
Kedua dimensi tersebut, ungkap sumber tadi, dirancang untuk saling berinteraksi. Oleh karena itu, Pelindo II tak punya pilihan harus menyesuaikan system yang ada sebelumnya, termasuk menyesuaikan PCS menjadi VMS.
New VMS dirancang dengan tetap menggunakan proses bisnis PCS yang sudah berjalan selama ini untuk operasi dan layanan. Dengan cara penggunaan yang diatur sedemikian rupa agar menjadi lebih mudah penggunaannya dibandingkan PCS, dan lebih baik tampilannya serta lebih sedikit konsumsinya di RAM dan CPU computer sehingga lebih ringan pemakaiannya.
Pemilik user ID dan password PCS pun dapat langsung menggunakan New VMS.
Kata para pelayaran, New VMS lebih mudah pengunaannya dibandingkan PCS, lebih enak tampilannya, bahkan dalam konteks ice breaking, para pelayaran lebih memilih unuk menggunakan New VMS asalkan tidak perlu input via inaportnet. (***)