Indeks Kinerja Pelabuhan Kontainer (CPPI) terbaru Bank Dunia menempatkan pelabuhan kontainer di Cape Town sebagai yang terburuk di dunia pada tahun 2023.
Mengutip laporan SA People di London, menyebutkan, dari 405 pelabuhan peti kemas global yang dievaluasi, Cape Town berada di peringkat terakhir di peringkat 405.
Pelabuhan-pelabuhan besar lainnya di Afrika Selatan juga tidak lebih baik, dengan Durban di peringkat 398 dan Port Elizabeth di peringkat 391.
CPPI memberi peringkat pada pelabuhan peti kemas berdasarkan efisiensi, dengan fokus pada lamanya waktu yang harus dihabiskan kapal di pelabuhan.
Pada skala teratas, pelabuhan peti kemas dengan peringkat teratas dalam indeks tahun 2023 mencakup Yangshan (Tiongkok), Salalah (Oman), Cartagena (Kolombia), Tangier-Mediterania (Maroko), dan Tanjung Pelepas (Malaysia).
“Pelabuhan peti kemas merupakan simpul penting dalam rantai pasokan global dan penting bagi strategi pertumbuhan banyak negara berkembang,” kata Bank Dunia.
CPPI bertujuan untuk mengidentifikasi bidang-bidang perbaikan yang dapat memberikan manfaat bagi berbagai pemangku kepentingan.
Hal ini berkisar dari perusahaan pelayaran hingga pemerintah nasional dan konsumen.
Pemeringkatan tersebut menggunakan data sepanjang tahun 2023, dengan mempertimbangkan hanya port dengan minimal 24 panggilan port yang valid.
Pendekatan ini menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan administratif (teknis), yang mengandalkan pengetahuan para ahli, dan pendekatan statistik yang menggunakan analisis faktor.
Metode-metode ini memastikan pemeringkatan mencerminkan kinerja pelabuhan sebenarnya dengan tetap menjaga kekokohan statistik, kata Bank Dunia.
Meskipun waktu kedatangan di pelabuhan global secara umum membaik, dan Afrika Sub-Sahara menunjukkan peningkatan dalam waktu dua jam, pelabuhan di Cape Town tertinggal sehingga mengimbangi kemajuan ini.
Tantangan pelabuhan di Afrika Selatan sudah terdokumentasi dengan baik.
Pada tahun 2023, kemacetan ekstrem di pelabuhan-pelabuhan Afrika Selatan mencapai titik krisis, dengan Asosiasi Pengangkut Barang Afrika Selatan melaporkan bahwa penundaan pelabuhan merugikan perekonomian Afrika Selatan sebesar ZAR98 juta (US$5,2 juta) setiap hari.
Perusahaan logistik milik negara, Transnet, telah mengakui kompleksitas masalah pelabuhan di Afrika Selatan, dengan menyebutkan adanya simpanan peralatan dan pemeliharaan yang signifikan. (**/scn)