Pelabuhan Patimban di Subang Jawa Barat segera beroperasi terbatas, khususnya untuk kegiatan otomotif.
Beragam komentar pun bermunculan dari berbagai kalangan usaha. Ada yang menyatakan jika Patimban bakal menjadi kompetitor Tanjung Priok, namun tak sedikit pula yang mengatakan jika Patimban hanyalah sebuah proyek politis.
Tetapi, Ketua Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto berharap jika Patimban dan Tanjung Priok berkolaborasi bisa melahirkan tarif yang kompetitif.
Meme (panggilannya) mengungkapkan Pelabuhan Patimban dapat menjadi alternatif dari pelabuhan-pelabuhan yang ada di sekitarnya, seperti Tanjung Priok.
“Kami apresiasi, Patimban jadi babak baru pelabuhan kita, jadi kelas dunia. harapannya bisa jadi kolaborasi dua pelabuhan ini (Pelabuhan Patimban dan Pelabuhan Tanjung Priok). Dengan begitu diharapkan bisa berikan tarif yang kompetitif untuk teman-teman pelayaran,” katanya saat menjadi salah satu Nara sumber dalam Diskusi Onlline bersama Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub), Senin (14/12).
Owner PT Andhika Line ini ingin Patimban menjadi pelabuhan kelas dunia yang memiliki produktivitas tinggi.
“Kami berharap bukan hanya untuk car terminal saja, mungkin kontainer dan kapal-kapal curah, sehingga mempunyai tambahan lainnya,” ungkap Carmelita.
Menurut Carmelita, untuk mengoptimalkan Pelabuhan Patimban perlu segera disiapkan, seperti trucking guna menarik pelaku bisnis yang memiliki hubungan langsung dengan terminal.
Patimban, akan menumbuhkan industri UMKM dan Segitiga Rebana yang diharapkan bisa memberikan nilai lebih sebagai pelabuhan era baru dalam layanan.
“Perlu dibangun depo kontainer di kawasan Pelabuhan Patimban dan Rebana (kota baru di sekitar Pelabuhan Patimban) dengan jarak tempuh yang singkat dengan gateway Pelabuhan Patimban,” kata Meme lagi.
Sementara itu, Praktisi pelayaran dari PT Samudera Indonesia Asmari Heri Prayitno menilai kehadiran Patimban bisa sebagai alternatif kegiatan pelayaran.
“Pelabuhan Patimban bisa jadi pilihan bagi pelayaran beraktivitas selain di Priok, kalau Patimban bisa memberikan layanan lebih unggul dibandingkan Priok, pasti pelayaran akan menggunakan pelabuhan Patimban sebagai pusat kegiatannya,” katanya kepada Ocean Week, Selasa pagi.
Sedangkan Suyono, pengamat kepelabuhanan menyatakan kalau 500 Japanese factories tetap langgeng berproduksi dalam jumlah yang cukup untuk cargo export dan lokal, yang juga memerlukan raw materials dalam jumlah besar yang harus di import, ditambah export finished cars, pasti Patimban akan terus jaya beroperasi.
“Yang perlu diperhatikan adalah kefanatikan japanese companies / factories. Lalu Japanese govt / jica already invested usd +-2 billion usd. Kemudian Japanese Govt. by all means akan berusaha semaximal mungkin untuk membuat Patimban tetap beroperasi dengan baik dan produksinya tinggi, efisien, tarif yang competitive dan di support dengan system IT yang canggih, serta real time,” jelas Suyono.
Menurut dia, yang sangat penting, Operator harus menjaga operasinya dengan standar “the highest service quality”, dengan Zero defect.
“Patimban dengan Hinterlandnya yang luas, amat berbeda dengan pelabuhan Teluk Lamong di Gresik,” ungkap Suyono. (**)