Pelayaran dan cargo owner menyatakan menunggu seperti apa konsep hub internasional Port Tanjung Priok. Sebab selama ini kalau hanya pengiriman langsung ke beberapa Negara luar sudah dilakukan dan berjalan.
Jika Tanjung Priok dijadikan sebagai pelabuhan pengumpul barang [konsolidator kargo], itupun sudah berlangsung, karena selama ini barang-barang yang ingin diekspor ke luar juga banyak pengapalannya lewat Tanjung Priok, Cuma transhipment ke Singapura, kemudian lanjut dengan mother vessel ke Negara tujuan.
Masalahnya, yang hingga kini banyak mendatangkan pertanyaan adalah biaya pengapalan, apakah lebih murah lewat Singapura atau transhipmentnya dari Tanjung Priok. Namun, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan maupun Dirut PT Pelindo II Elvyn G. Masassya pernah mengungkapkan, ekspor dengan transshipment di Tanjung Priok lebih murah Rp 1,5 juta, dibandingkan harus transshipment di Singapura.
Benarkah demikian, bagaimana hitungannya bisa lebih murah, dan bagaimana pengurusannya, apakah pengirim masih harus mengurus sendiri barangnya, atau otomatis diurus oleh terminal. Sebab, pola ini juga memunculkan double handling, dan biaya-biaya yang muncul menjadi beban siapa.
“Kalau transshipment di Singapura biayanya sekitar US$ 40 per 20 feet kontainer, tetapi container destination Singapura kena cash US$ 150. Bagaimana dengan Tanjung Priok nanti, apakah tariff transhipmentnya lebih murah. Bukan hanya itu saja, bagaimana pula dengan kecepatan layanannya,” ujar Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia bidag Perhubungan, Asmari Heri.
Lagi pula, berapa kapal yang siap melayani, mengangkut container-container ekspor tersebut setiap minggu. Kalau, Dirut Pelindo II enyatakan akan ada kapal berkapasitas angkut 12.000 TEUs, adakah volume barang yang mau diangkut.
Masih ingatkah dulu Bumi Laut Shipping pernah mengageni kapal besar [mother vessel] dari TPK Koja direct ke tujuan Malaysia, lanjut Eropa, namun tak tahan lama. Karena, volume barang yang tersedia hanya berkisar 600 TEus. Padahal kapal yang dating dengan kapasitas angkut 5000 sampai 7000 TEUs.
Apakah ketersediaan barang sudah benar-benar dihitung oleh pihak Pelindo II, sebab jangan sampai hanya karena ingin menyenangkan pemerintah [kementerian maritime dan kementerian perhubungan], direksi Pelindo II tak berani berargumentasi dan menginformasikan sesungguhnya.
Loginya, para eksportir jika harus melakukan ekspor lewat Tanjung Priok dari Palembang misalnya, pasti akan berpikir dan berhitung bukan saja waktu, tetapi juga biaya. Termasuk servicenya, apakah Priok dapat bersaing dengan Singapura.
Jumat [10/2] kemarin, sejumlah sumber di pelayaran yang dikonfirmasi menyatakan masih menunggu kejelasan konsep hub port Tanjung Priok dari BUMN Pelindo II. Mengingat, perseroan plat merah itu berharap pada tahun 2017 ini, hub port international transhipmet sudah dapat diberlakukan.
“Ini mana yang bener, kemarin Presiden Jokowi menyatakan mendukung ekspor langsung dari wilayah Pelindo IV. Sementara Menko Maritim beberapa waktu lalu ngomong agar Pelindo I, III, dan IV mensupport transshipment hub prot Tanjung Priok. Mana yang benar nih, maka kita masih menunggu konsepnya,” ungkap mereka di Jakarta.
Belum lama ini, Elvyn G. Masassya menyatakan bahwa Pelabuhan Tanjung Priok akan dijadikan hub internasional. “Tahap pertama akan dimulai dengan transhipment untuk tujuan Asia Timur yang kargo-nya berasal dari Sumatera Tengah atau Selatan dan Jawa,” kata mantan direktur utama BPJS Kesehatan itu.
Nantinya akan ada konsolidasi kargo barang dari daerah untuk dikirimkan langsung ke luar negeri. Muatan kapal yang datang dari daerah akan dipindahkan ke kapal yang lebih besar untuk dikirim ke negara tujuan ekspor.
Elvyn juga menyatakan sebagai pelabuhan hub internasional, bukan berarti pelabuhan lainnya yang memiliki izin ekspor dan impor tidak boleh melakukannya. Namun, fungsi sebagai hub ini sebagai konsolidasi kargo dari Sumatera dan Jawa untuk dikirim langsung ke negara tujuan ekspor seperti AS.
“Transhipment port dan hub, lebih diartikan ada cargo konsolidasi dari Sumatera dan Jawa yang tujuannya Asia Timur/eropa/USA. Sebagai contoh, Sulawesi bisa ekspor langsung ke Filipina. Belawan bisa ekspor langsung ke Malaysia, sepanjang negara tersebut merupakan tujuan langsung,” ujar Elvyn.
Dengan dijadikannya Priok sebagai hub internasional, maka kapal-kapal berkapasitas besar hingga 12.000 TEUs per vesssel akan singgah di Priok. Kapal tersebut untuk mengangkut barang kiriman dari daerah menuju negara tujuan secara langsung. “Nah dengan menjadikan Priok sebagai transhipment port maka kapal besar akan datang ke Jakarta dan membawa barang-barang dari Indonesia yang sudah dikonsolidasikan di Priok,” ungkap Elvyn. [***]