Indonesia National Shipowners Association (INSA) telah memasuki usia 51 tahun (tepatnya pada 9/8). Sebuah usia yang sudah sangat matang bagi organisasi pelaku usaha di kemaritiman nasional. Tentunya dalam perjalanannya yang sudah mencapai setengah abad ini, berbagai pengalaman pahit manis telah dirasakan, dinikmati, dan dilaluinya.
Pada kesempatan emas ini, berbagai ucapan dan harapan diberikan oleh sejumlah teman, sahabat dan mitra asosiasi ini, misalnya Yukki Nugrahawan Hanafi (Ketua Umum DPP Asosiai Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI). “Sebagai satu-satunya asosiasi pemilik kapal Indonesia, ALFI siap untuk bekerjasama lebih lagi kedepan. Bersinergi, dan tolong bisa memperbaiki untuk kedepan, karena tantangannya semakin ketat. Tentunya dengan tantangan kedepan di era persaingan bebas tidak mudah dan tahun 2025 kita masuk ASEAN Connectivity. Tentunya kita bangga dengan INSA yang telah berusia 51 tahu, untuk Indonesia yang berdaya saing,” kata Yukki saat dimintai komentarnya.
Berbeda dengan Dirut Terminal Teluk Lamong Dothy. “Karena slogan Teluk Lamong adalah Green and Smart Terminal, maka pairingnya mesti Green and Smart Shipping menuju bumi yang lebih lestari. Jadi lebih ke arah sustainable matters,” ucapnya sembari berucap selamat untuk hari jadi INSA ke-51 tahun.
Sedangkan Ketua Umum DPP Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) H. Muslan, selain memberi ucapan selamat atas 51 tahun INSA, juga mengapresiasi perjalanan panjang organisasi ini. “Selamat dan maju terus INSA. Masih banyak perjuangan yang harus diteruskan dengan beberapa programnya yang sangat positif dan mendukung majunya dunia maritim nasional,” kata Muslan.
Menurut Muslan, sekalipun tantangan dan persaingan semakin tajam dan makin berat, baik didalam negeri maupun luar negeri dengan perusahaan pelayaran asing, namun Muslan percaya INSA bersama para anggotanya bisa mengatasinya.
“Karena tantangan kedepan makin berat, ledepan sebaiknya INSA merapatkan barisan dengan asosiasi pendukung lainnya, termasuk ke pelabuhan, mengingat kelancaran arus barang dan kapal tidak terlepas dari peran para pendukungnya, seperti ALFI, Aptrindo, Asdeki, Pelindo, Otoritas Pelabuhan, SYahbandar, Bea Cukai, Kemendag, dan terpenting yakni Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pertanian (Karantina),” ungkapnya.
Muslan yakin, bahwa INSA akan lebih solid dan maju dibawah kepemimpinan Carmelita Hartoto yang dinilainya sangat serius memajukan pelayaran nasional melalui kerja keras dan perjuangannya yang tanpa mengenal lelah. “Sosok bu Meme (Carmelita Hartoto-red) sangat ramah dengan siapapun. Dia bersama timnya (pengurus INSA) sangat solid dan terus berusaha menjadikan INSA lebih baik dan semakin maju kedepan. Semoga program-program INSA dimasa mendatang akan bermanfaat bagi insan kemaritiman nasional, dan bisa mengembalikan kejayaan pelayaran nasional,” kata Muslan panjang lebar.
Sementara itu, Ketua Umum GPEI Khairul Mahalli menekankan agar INSA mampu berdaya saing. “Daya saing pelayaran nasional sesuai dengan kiprahnya sebagai pelayaran nasional dalam kemaritiman Indonesia,” tuturnya.
Dirut PT Sahara ini juga mengaku kagum dengan INSA yang sudah melewati usia setengah abad, dan memiliki SDM yang benar-benar mumpuni.
Praktisi Maritim Bambang Sabekti berharap INSA bukan hanya bisa jadi ‘jago kandang’, tapi harus go internasional sehingga banyak kapal merah putih mampu berlayar dan berkompetisi di pasar global, dan akhirnya dapat menjadikan Indonesia benar-benar menjadi poros maritim. “Saya yakin INSA dapat melakukan itu karena anggotanya terdiri dari pengusaha pelayaran yang handal, dan memiliki SDM yang mumpuni,” ujar jebolan pelayaran APL itu.
Harapan yang cukup besar juga dilontarkan Tresna Pardosi dari Operator Terminal MAL di Tanjung Priok yang menyatakan agar INSA dapat semakin solid dalam mengawal kebijakan-kebijakan dan program pemerintah dalam mewujudkan poros maritim yang menghubungkan NKRI. “Selain itu kami berharap, armada makin banyak dan siap mewujudkan beyond cabotage, agar PM 82/2017 dapat dierlakukan di 2020 dan tak dituda lagi,” ungkap Tresna.
Tresna juga menyoroti terhadap tantangan besar yang dihadapi INSA di masa mendatang. Salah satunya peralihan teknologi dari manual ke digital. Untuk penggunaan teknologi inipun sudah diberlakukan di pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia.
Sedangkan Ketua Umum APBMI HM. Fuadi pun tak mau ketinggalkan ikut mengucapkan selamat atas usia 51 tahun INSA. “Pelayaran dan PBM sangatlah erat hubungannya, karena PBM menjadi salah satu bagian dari kinerja produktivitas kapal. Kecepatan bongkar muat ke dan dari kapal sangat ditentukan oleh kinerja PBM, makanya kita selalu menjadi mitranya yang strategis,” ungkap Fuadi.
Ketua Aptrindo Gemilang Tarigan berharap agar INSA bersatu dan solid sehingga pelayaran Indonesia maju dan mampu bersaing di pasar internasional.
Yanti Agustinova dari JICT juga ikut mengucapkan Selamat kepada INSA atas hari jadinya yang ke 51 tahun. “Semoga makin jaya, dan selamat utk Ketum INSA, Carmelita Hartoto yang dengan kepemimpinannya berhasil menjembatani kepentingan anggotanya dengan menjadi mitra strategis pemerintah demi menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang bersaing di dunia internasional,” kata Yanti.
Di tempat lain, Direktur Operasi Pelindo II Prasetyadi menyatakan bahwa pelayaran dan pelabuhan ibarat suami istri, keduanya saling melengkapi. “Tidak ada pelabuhan, kapal tak bisa sandar, sebaliknya tak ada kapal, pelabuhan sia-sia. Jadi keduanya ini menjadi mata rantai yang tak terpisahkan. Dimana ada pelabuhan, disitu pasti ada kapal. Bagai pepatah, dimana ada air, disitu ada ikan. Selamat ualang tahun INSA ke-51 tahun, moga bertambah maju,” kata Prasetyadi.
Dirjen Perhubungan Laut Agus Purnomo pun turut bersyukur INSA sudah mencapai usia 51 tahun. “Selamat untuk INSA, dan semoga bisa terus menjadi mitra strategis pemerintah (Kemenhub) untuk kemajuan sektor kemaritiman Indonesia,” kata Dirjenla Agus saat dimitai komentarnya, baru-baru ini.
Sebagai Ketua Umum INSA, Carmelita Hartoto hanya bisa bersyukur atas perjalanan panjang organisasi ini. “Saya pribadi dan atas nama INSA sangat berterima kasih atas support dan dukungan dari temen-teman asosiasi dan mitra INSA, dan juga Kemenhub. Semoga Allah yang akan membalas kebaikan semuanya,” katanya.
Meme (panggilan Carmelita) juga menyadari jika tantangan pelayaran nasional dimasa depan sangat berat. Namun, dia bersama pengurus yang lain akan terus berupaya untuk memperjuangkan ke pemerintah maupun pihak-pihak terkait bisa mendukung dan mensupport kemajuan pelayaran nasional. Misalnya dengan skim murah bunga perbankan, bebas pajak impor kapal, dan regulasi-regulasi lain yang mendukung pelayaran Indonesia ini.
Lahirnya INSA
Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) merupakan organisasi pengusaha perusahaan pelayaran angkutan niaga yang didirikan pada tanggal 9 Agustus 1967 dan diakui Pemerintah sebagai satu-satunya organisasi perusahaan pelayaran niaga berdasarkan Surat Keputusan Menteri Maritim No. DP.10/7/9 tanggal 6 September 1967.
INSA kemudian kembali dikukuhkan pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KP.8/AL.308/Phb/89 tanggal 28 Oktober 1989 dan Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan No. Al.58/1/2-90 tanggal 30 Januari 1990 agar seluruh pelayaran niaga nasional menjadi anggota INSA.
Sejarah mencatat bahwa INSA sekarang ini merupakan peleburan dari sejumlah organisasi pelayaran sejenis (OPS) yang berdiri sejak Indonesia merdeka. Dalam berbagai literatur, tercatat sejumlah organisasi pengusaha pelayaran swasta telah berdiri sebelum akhirnya melebur menjadi organisasi INSA.
Pada tahun 1953, sejumlah pengusaha perusahaan pelayaran swasta nasional sepakat mendirikan organisasi yang disebut dengan UPPI (Unie Perusahaan Pelayaran Indonesia). Perusahaan swasta tersebut adalah PT Perindo (Manado), PT Pemal (Ambon), PT PPSS (Makassar), PT Perpelin (Surabaya), PT MPN (Jakarta), PT Sang Saka (Jakarta), PT Karimata (Pontianak) dan PT Kalimantan (Banjarmasin).
Pada tahun 1953 tersebut, berdiri Organisasi Persatuan Pelayaran Seluruh Indonesia (Perpepsi) yang beranggotakan sejumlah perusahaan pelayaran nasional yakni PT Pepana, PT Bintang Maluku, PT Indonesia Fortune Lloyd, PT MPS, PT Pedjaka dan PT Nagah Berlian.
Kemudian tahun 1962, dibentuk Organisasi Perusahaan Sejenis (OPS) Pelayaran Niaga yang beranggotakan perusahaan-perusahaan pelayaran di Indonesia yang menggabungkan organisasi UPPI dan Perpepsi dengan Ketua Umum dengan Ketua Umum H. Moh. Saad (1962-1967). Setelah lima tahun, tepatnya pada tahun 1967, OPS Pelayaran Niaga tersebut berubah menjadi Persatuan Pelayaran Nasional (Pelnas) dengan Ketua Umum H. Moh. Saad (1967-1970) dan anggota terdiri dari pengusaha pelayaran swasta nasional.
Pada tahun 1967 tersebut, anggota Pelnas dan perusahaan pelayaran yang bersifat federatif mendirikan INSA dengan Ketua Umum Capt. MJP Hahijari (1967-1970). Kemudian, atas petunjuk Pemerintah c.q Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, pada tahun 1970, INSA dan Pelnas melebur menjadi INSA yang bersifat unitaris hingga sekarang.
Sejak menjadi satu-satunya organisasi pelayaran niaga nasional hingga saat ini, INSA telah melakukan pemilihan ketua umum. H. Soedarpo Sastrosatomo (Samudera Indonesia) adalah Ketua Umum INSA periode 1970-1972 dan menjabat lagi untuk periode 1974-1975. Kemudian, H. Sally Moejono menjabat sebagai Ketua Umum periode 1972-1975 meskipun pada tahun 1974, digantikan care taker Capt. Harun Rasidi yang kemudian terpilih menjadi Ketua Umum pada periode 1975-1978.
Selama tiga periode (1978-1981, 1981-2984 dan 1984-1987) INSA dipimpin oleh Budihardjo Sastrohadiwirjo yang terpilih secara beruntun. Kemudian Hartoto Hardikusumo juga memimpin sebagai ketua umum selama tiga periode secara beruntun yakni periode tahun 1987-1991, 1991-1994 dan 1994-1997, akan tetapi pada Desember 1994, Hartoto wafat dan digantikan oleh care taker Drs H. Firdaus Wadjdi yang kemudian terpilih menjadi Ketua Umum INSA pada periode 1998-2002.
Pada RUA 2002, Drs Baren TH. Saragih terpilih menjadi Ketua Umum INSA periode 2002-2005. Karena wafat, Oentoro Surya menggantikannya sebagai care taker. Oentoro Surya pun akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum pada periode 2005-2008. Pada 2008-2011, INSA dipimpin oleh Johnson W. Sutjipto dan tahun 2011-2015 hingga sekarang, untuk pertama kalinya dalam sejarah INSA, Ketua Umum INSA dipimpin oleh seorang perempuan Carmelita Hartoto dan juga anak dari mantan Ketua Umum INSA H. Hartoto Hardikusomo. (ow/***)