Mimpi Indonesia menjadikan poros maritim dunia kelihatannya masih sangat jauh. Termasuk mewujudkan pelabuhan dan pelayaran besar dunia juga belum bisa diprediksi kapan terealisasi.
Masuk 10 besar pelabuhan dunia saja tak pernah tercatat, apalagi 10 besar pelayaran dunia. Padahal sebuah penelitian menyebutkan bahwa Indonesia bakal menjadi negara dengan perekonomian terkuat 10 besar dunia di tahun 2030.
Ukuran yang dapat dilihat perekonomian suatu negara itu maju, barangkali bisa tampak dari tingkat kesibukan pelabuhannya.
Prof. DR Anselm Vermeulen dari Center of International Program, Donghua University China menyatakan, China hingga saat ini masih menjadi negara yang mendominasi pelabuhan-pelabuhan besar dan tersibuk di dunia dari sisi kapasitas, luasan terminal, dan fasilitas pendukungnya.
Sepuluh besar pelabuhan dunia selalu diraih oleh pelabuhan Shanghai (China), pelabuhan Singapura, pelabuhan Tianjin, pelabuhan Guangzhou, pelabuhan Ningbo (ketiganya dari China), pelabuhan Rotterdam, pelabuhan Suzhou, pelabuhan Qingdao, pelabuhan Dalian (China), dan pelabuhan Busan di Korea Selatan.
Sementara itu, untuk 10 pelayaran terbesar dunia, selalu mencatat nama-nama Maersk Lines, MSC, CMA CGM, Cosco, Evergreen, Hapag Loyd, APL, OOCL, dan MOL.
Pelabuhan Shanghai sudah menangani 32,5 juta Teus, dan 744 juta ton, disusul Singapura dengan 537,6 juta ton dan 30 juta Teus lebih.
Sedangkan Tianjin mampu mencatatkan produksi 12,3 juta Teus dan 476 juta ton. Lalu Ningbo juga menangani 15,6 juta Teus dan 453 juta ton.
Jadi, kapan nama pelabuhan Indonesia dan perusahaan pelayaran nasional mampu masuk daftar 10 besar di kedua sektor tersebut. Apakah kita selamanya hanya akan menjadi penonton kebesaran mereka itu. Ini yang mestinya harus dijawab oleh pihak-pihak yang ingin membuat Indonesia sebagai poros maritim dunia. Tapi kapan?.
Membesarkan dan mewujudkan sebuah pelabuhan hub saja, masih banyak pihak yang tak sepakat, karena kepentingan orang per orang maupun kelompok. Jadi apa sebenarnya yang diinginkan negeri ini.
Mimpi menuju kesana mungkin sudah, namun jalan kearah sana bagaimana caranya. (***)