Direktur Operasi PT Pelindo III Putut Sri Muljanto menegaskan jika pelabuhan dibawah pengelolaan Pelindo III tak pernah merasa tersaingi dengan hadirnya pelabuhan swasta (Maspion Grup), terutama di wilayah Gresik, sebaliknya justru menjadi pemacu untuk memberikan yang terbaik bagi pengguna jasa.
“Pasti akan ada kompetisi, dan hal tersebut baik bagi pengguna jasa, karena akan ada pilihan, mau kapalnya sandar di Tanjung Perak, Teluk Lamong Gresik, di Maspion dan JIIPE, itu terserah mereka (pengguna jasa-red),” kata Putut menjawab Ocean Week, Rabu pagi, menanggapi hadirnya BUP milik Maspion Grup yang bisa melayani umum, di wilayah Gresik.
Menurut Putut, pelayanan, produktifitas, tarif akan menjadi pertimbangan untuk pengguna jasa memilih sandaran kapalnya dan bongkar muat barangnya.
Makanya, Putut tak melihat hadirnya BUP Maspion Grup mengelola pelabuhan untuk umum sebagai kompetitornya. Pastinya pelabuhan-pelabuhan tersebut sudah mempunyai pasar masing-masing.
“Persaingan justru akan menjadi dorongan kepada kami secara internal untuk berbenah dan selelu melakukan perbaikan berkelanjutan,” ungkap Putut.
Seperti diketahui, bahwa di Tanjung Priok juga banyak terminal yang dikelola oleh Pelindo II maupun swasta, namun tak ada persaingan mencolok.
Sebab, mereka sudah ada pasar masing-masing. Dan pastinya, tarif mereka sama, hanya service yang barangkali membedakan mereka, sehingga kalau ada pengguna jasa yang ingin berkegiatan banyak pilihannya.
Sebelumnya, dalam berita yang ditulis Ocean Week, menyebutkan bahwa dengan diberinya ijin Badan Usaha Pelabuhan (BUP) PT Siam Maspion Terminal (SMT) melayani kegiatan kepelabuhanan umum oleh Kementerian Perhubungan dan konsesi selama 43 tahun kepada anak perusahaan PT Maspion Grup ini, pengguna jasa bakal memiliki pilihan beraktivitas di pelabuhan.
Sebab, selain terminal Maspion, untuk wilayah Gresik juga sudah ada pelabuhan umum yang dikelola oleh PT Pelindo III cabang Gresik.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI) Aulia Febrial Fatwa, pengguna jasa (pelayaran, dan pemilik barang) akan punya alternatif beraktivitas. “Tinggal bagaimana service yang mereka berikan kepada pengguna jasa, kalau pengguna jasa puas dengan layanan di Maspion, pasti lari kesini. Sebaliknya jika pelabuhan Pelindo lebih baik servisnya ya akan ke Pelindo. Tapi paling tidak saat ini sudah ada pilihan,” kata Febri (panggilannya) kepada Ocean Week, di Marunda, baru-baru ini.
Bahkan, jika rencana Maspion yang bekerjasama dengan Dubai Port World membangun terminal kontainer terwujud, Febri yakin dapat menjadi pesaing pelabuhan yang dikelola Pelindo III.
Presiden Direktur PT Maspion Group, Alim Markus menyatakan, pihaknya sudah menyiapkan kawasan industri di Gresik (KIG) dan juga kawasan industri Sidoarjo (KIS).
“Kalau di KIS bahkan pihaknya menjual 850 ribu per meter, begitu juga di Gresik paling mahal Cuma 2 juta per meter yang sudah didukung terminal pelabuhan,” katanya.
Markus juga mengungkapkan, bahwa dalam bidang kepelabuhanan PT. Maspion akan bekerja sama dengan Dubai Port World untuk mengembangkan Terminal Kontainer di wilayah Gresik. “Dengan dukungan kawasan industri arus barang akan sangat cepat keluar masuk dari pelabuhan Gresik. Itu tentunya sangat efisien. Saya targetkan bisa mewujudkan terminal Petikemas itu hingga 3 juta TEUs pertahun. Tentu, kepercayaan yang diberikan pemerintah ini harus betul-betul kita manfaatkan,” ungkapnya.
Seperti diketahui bahwa baru-baru ini, Kemenhub telah memberi ijin BUP konsesi selama 43 tahun kepada PT SMT.
Ijin tersebut diserahkan Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan melalui Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Gresik.
Penandatanganan konsesi dilakukan langsung antara Kepala Kantor KSOP Kelas II Gresik, Totok Mukarto dengan Direktur PT SMT, Marianus Oei yang disaksikan langsung Direktur Jendral Perhubungan Laut (Dirjen Hubla), R. Agus H Purnomo bersama Presiden Direktur PT Maspion Group, Alim Markus.
Direktur PT SMT, Marianus Oei mengatakan, dengan adanya konsesi ini, PT. SMT menjadi BUP swasta murni pertama di Propinsi Jawa Timur yang mendapatkan penunjukan konsesi sebagai Pelaksana Kegiatan Pengusahaan Jasa Kepelabuhanan di Pelabuhan Gresik.
“Kapasitas operasional PT. SMT sampai saat ini adalah rata-rata 4.500.000 ton/tahun. Dari jumlah itu sebanyak 65 persen curah kering dan general cargo, 35 persen curah cair dan gas,” ujarnya.
Marianus menyatakan, dengan konsesi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mendukung program Pemerintah untuk kelancaran logistik nasional yang efisien. Pengembangan kapasitas layanan kepelabuhanan PT. SMT akan terus ditingkatkan sesuai dengan proyeksi pengembangan dalam perhitungan konsesi PT. SMT.
Untuk diketahui, PT. SMT adalah perusahaan Joint Venture antara PT. Maspion Investindo (Maspion Group) dengan SCG Chemical Pte. Ltd. (SCG Group Thailand), berdiri sejak tahun 1995 dan beroperasi secara komersial tahun 1998, sebagai pemilik dan pengelola TUKS di lingkungan Kawasan Industri Maspion Manyar, Gresik.
Febri menambahkan bahwa sampai sekarang sudah ada 13 BUP swasta yang diberi konsesi sebagai pelabuhan umum. Targetnya, hingga akhir 2020 bertambah dua lagi, jadi 15 BUP konsesi. (**)