Akibat serangan gerilyawan Houthi terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah, terkait dengan perang Israel-Palestina, banyak perusahaan pelayaran raksasa dunia harus menghindari rute Laut Merah yang terhubung dengan Terusan Suez.
Dikhawatirkan, gangguan tersebut berdampak terhadap biaya pengiriman barang, dan akhirnya memicu inflasi global, dan harga barang pun ikutan naik.
Hapag-Lloyd, mengatakan armadanya akan terus memutar lewat ujung selatan Afrika setidaknya sampai 9 Januari mendatang. Begitu pula dengan Maersk Line, masih menghindari Laut Merah. Bahkan kapal Maersk sempat mendapat serangan dari Houthi pada akhir Desember lalu.
Maersk dan Hapag-LLoyd pada Selasa (2/1/2024), mengatakan bahwa kapal kontainer milik mereka masih menghindari Laut Merah.
Kedua perusahaan terpaksa mengubah rute pelayarannya memutari Afrika via Tanjung Harapan karena khawatir serangan Gerilyawan Houthi akan menyasar kembali kapal kargo mereka.
Gara-gara serangan tersebut, Maersk sempat menghentikan semua operasi pelayarannya yang melewati Laut Merah selama 48 jam.
Seperti diketahui bahwa pada Minggu (31/12/2023) lalu, Gerilyawan Houthi dikabarkan sempat akan membajak kapal Maersk Hangzhou.
Beruntung, Amerika Serikat konon berhasil menghentikan serangan dan membunuh 10 gerilyawan.
“Penyelidikan atas insiden ini sedang berlangsung dan kami akan terus menghentikan semua pergerakan kargo melalui area tersebut sementara kami menilai lebih lanjut situasi yang terus berkembang. Jika hal ini paling masuk akal bagi pelanggan kami, kapal akan dialihkan rutenya dan melanjutkan perjalanan mereka di sekitar Tanjung Harapan,” kata Maersk dalam keterangan resminya, dikutip dari Reuters, Rabu (3/1/2024).
Maersk tercatat memiliki 30 kapal yang akan melewati Laut Merah, tapi gara-gara serangan, sebanyak 17 di antaranya ditunda melewati kawasan tersebut. (**)