Pelabuhan Kuala Tanjung siap merebut pangsa pasar Tanjung Pelepas, Port Klang Malaysia, dan Singapura. Sebab, dengan menggunakan terminal Multipurpose dan Petikemas Kuala Tanjung, Mother Vessel yang selama ini masuk ke Tanjung Pelepas, Port Klang dan Singapura dapat menghemat antara lain BBM, waktu, dan productivity.
“Dengan masuk ke Kuala Tanjung, Mother Vessel dari Eropa dapat menghemat waktu sekitar 26 jam. Bukan hanya itu, mereka lebih efisien, dan dapat menghemat BBM, dan lebih produktif,” kata Agust Deritanto, General Manager pelabuhan Kuala Tanjung, kepada pers di Kantornya, kemarin.
Agust yang didampingi Raflis Basa (project Manager Pembangunan Kuala Tanjung) dan Fiona (Humas PT Pelindo I) menyatakan, sampai sekarang pembangunan fisik pelabuhan ini sudah mencapai 52,02%. Diharapkan pembangunan fisik sudah selesai pada Januari 2017. Lalu pada April 2017 sudah dapat beroperasi untuk menangani kapal-kapal kargo. “Pada September 2017 sudah beroperasi untuk menangani kapal container,” ujarnya.
Agus bilang bahwa Kuala Tanjung nantinya akan memiliki dermaga sepanjang 1.000 meter. Namun pada tahap pertama ini baru disiapkan dermaga sepanjang 500 meter dengan lebar 60 meter. “Dari panjang Dermaga 500 meter itu, yang sebelah kanan diperuntukkan kapal-kapal container, sedangkan yang sebelah kiri untuk kapal-kapal curah cair,” ungkap Agust.
Pelabuhan Kuala Tanjung yang pada Januari 2015 lalu dilakukan ground breaking oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), diharapkan mampu menangani 400 ribu-600 ribu TEUs per tahun, dan 1,8 juta ton barang curah cair per tahun.
Sebagai kelengkapan, pelabuhan ini didukung oleh lapangan penumpukan seluas 13,9 hektar, dilengkapi dengan 3 unit container crane, dan 7 unit loading arm. Kedalaman kolam mencapai 14 Lws untuk dermaga container, dan 17 lws untuk dermaga curah cair.
Nantinya, Kuala Tanjung dioperasikan oleh PT Prima Multi Terminal (PMT), anak perusahaan PT Pelindo I-PP, dan Waskita Karya.
Menurut Agust, sejumlah industry sudah menunggu selesainya pembangunan dan beroperasinya Kuala Tanjung. Misalnya Unilever di Kawasan Industri Sei Mangkai siap mengapalkan sekitar 200 box setiap hari melalui pelabuhan ini. Belum lagi industry yang ada di kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan, dan Labuhan Batu yang mayoritas penghasil perkebunan sawit.
Selain itu ada PT Perkebunan Negara 3, PTPN 4, Bakrie Sumatera, Asean Agri, Wilmar, PT Korindo Perkasa Alam, dan Tolan Tiga. “Mereka sudah menunggu beroperasinya Kuala Tanjung dan akan menggunakannya,” kata Agust bersemangat.
Ketika ocean week berkunjung ke pelabuhan Kuala Tanjung, terlihat pula sedang dibangun rel kereta api (KA) menuju kea rah pelabuhan. Akses jalan ke dan dari pelabuhan menuju ke berbagai kabupaten di Sumatera Utara sudah cukup bagus.
Ijin untuk badan usaha pelabuhan (BUP) sebagai syarat menjadi operator pelabuhan juga sudah di proses. Jadi pelabuhan ini sungguh ideal sebagai hub port untuk wilayah Indonesia barat. Karena selain masuk dalam perairan internasional, pelabuhan ini pun mampu disandari mother vessel.
Jika Kuala Tanjung sudah beroperasi, bisa saja sebagian pasar yang selama ini masuk ke Tanjung Priok, maupun pelabuhan-pelabuhan di wilayah pulau Sumatera beralih ke Kuala Tanjung. (rid/ow)