Progres pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung tahap I berkapasitas 500 ribu TEUs yang dilakukan Pelindo I, saat ini sudah mencapai 80 persen. Perseroan memproyeksikan Kuala Tanjung menjadi pelabuhan terbesar dan menjadi hub internasional di kawasan barat Indonesia.
“Ini akan dikembangkan secara bertahap hingga tahun 2023 dan nantinya akan memiliki kapasitas hingga mencapai 20 juta TEUs,” kata Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana di Medan, Selasa (5/9) sebagaimana dikutip ANTARA.
Pembangunan Kuala Tanjung sebagai hub internasional di Indonesia bagian barat ini dilakukan melalui empat tahap, yakni, tahap pertama adalah Terminal Multipurpose yang ditargetkan rampung pada 2015-2017.
Tahap kedua pengembangan kawasan industri seluas 3.000 hektar pada 2016-2018, tahap ketiga pengembangan Terminal Hub Peti Kemas Internasional atau Dedicated Terminal/Hub Port pada 2017-2019, dan tahap keempat adalah pengembangan kawasan industri terintegrasi atau kota pelabuhan pada 2021-2023.
Proyek yang dibangun di Kabupaten Batubara ini membutuhkan investasi sekitar Rp 34 triliun dengan rincian, investasi tahap pertama Rp 3 triliun, tahap kedua senilai Rp 8 triliun, dan tahap ketiga senilai Rp 23 triliun.
Ditanya mengenai pemanduan di Selat Malaka, Bambang menyatakan, sejak April 2016, Pelindo I telah mendapatkan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Indonesia (Kementerian Perhubungan-red).
“Pelindo I merupakan satu-satunya institusi resmi yang berwenang melaksanakan Pelayanan Pemanduan dan Penundaan kapal-kapal asing dan domestik di Perairan Pandu Luar Biasa di Selat Malaka, serta Selat Singapore,” ujarnya.
Tugas pemanduan kapal yang dilimpahkan kepada Pelindo I, ungkap Bambang, merupakan bentuk kepercayaan pemangku kepentingan atas kinerja dan kemampuan yang dimiliki perseroan baik dari segi SDM, infrastruktur maupun fasilitas pendukung lainnya. (pl1/**)