Pemerintah mentargetkan pembangunan pelabuhan Patimban di Subang Jawa Barat dapat dimulai awal 2018 mendatang. Percepatan dilakukan karena proyek pelabuhan ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Memang adanya pelabuhan Patimban dibutuhkan segera. Secara nasional memang dibutuhkan tambahan fasilitas,” kata Plt Dirjen Perhubungan Laut, Bay M Hasani, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (5/9).
Bay menyatakan, pembangunan pelabuhan yang direncanakan memiliki kapasitas 7,5 juta TEUs dan 600.000 CBU kendaraan. Pelabuhan Patimban ditargetkan dapat beroperasi penuh pada 2027.
Bay mengungkapkan pembangunan Pelabuhan Patimban dibiayai oleh dana pinjaman sebesar USD 1,03 miliar dari Japan International Coorporation Agency (JICA) dan pendanaan dari dalam negeri sebesar USD 90 juta.
“Pembiayaan berasal dari pinjaman Jepang melalui JICA total USD 1,03 miliar atau Rp 13,7 triliun dan USD 90 juta atau Rp 1,19 triliun,” ujarnya.
Sebagai informasi, dokumen studi proyek Pelabuhan Patimban yang terdiri dari Pra Feasibilty Study (FS), AMDAL, Rencana Induk Pelabuhan (RIP), serta penetapan lokasi sudah selesai dipenuhi. Sedangkan studi ANDAL dan LALIN tengah dipersiapkan bersama dengan studi konsesi.
Sementara itu, Direktur Kepelabuhanan Direktorat Jendral Perhubungan Laut Kemenhub, Chandra Irawan menyatakan pembangunan fisik pelabuhan Patimban akan dilakukan mulai awal 2018.
Diharapkan pembangunan tahap 1 selesai 2019, lebih cepat dari jadwal semula yang direncana selesai 2020.
Percepatan ini dilakukan sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo, mengingat pentingnya pelabuhan ini untuk mengurangi kepadatan di Pelabuhan Tanjung Priok dan menigkatkan daya saing industri di Jawa Barat.
Menurut Chadra, pembangunan tahap 1 meliputi pembangunan terminal peti kemas dengan ukuran 400 m x 300 m, lapangan peti kemas berkapasitas 250 ribu TEUS, terminal kendaraan berkapasitas 218 ribu CBU, akses jalan dan kedalaman alur dan kolam -10 mLWS.
“Total dana yang dibutuhkan untuk membangun tahap 1 phase 1 itu US$ 1,03 miliar. Itu akan kita dapatkan melalui loan dari JICA,” ungkapnya. (***)