Korea menjadi Negara tujuan ekspor Provinsi Jawa Tengah (Jateng) urutan kelima setelah Amerika Serikat (1), Tiongkok (2), Jepang (3), dan Jerman (4). Sementara negaa Malaysia ebrada dibawah Korea.
Sebagaimana dilansir BPS Jawa Tengah, selama tahun 2016 ekspor Jawa Tengah mengalami kenaikan 0,27 persen atau 5.389,14 juta Dolar AS dari ekspor kumulatif 2015, yang tercatat 5.374,70 juta.
Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Margo Yuwono, menyatakan meski kenaikan tersebut menggembirakan, namun sangat tipis. Hal tersebut dikarenakan faktor komoditas yang hanya bertumpu dari tiga komoditas yakni tekstil dan barang tekstil, kayu dan barang dari kayu serta bermacam barang hasil pabrik.
Untuk pangsa pasar sedikit mengalami perbaikan dengan masuknya Korea menjadi pangsa pasar Jawa Tengah yang sebelumnya belum menjadi pangsa pasar utama.
“Ini catatan bagus menjadi target utama berarti kita berhasil mengembangkan pasar lebih luas lagi,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika menyatakan, Bali mengekspor sekitar 40 jenis matadagangan ke 104 negara yang mampu menghasilkan devisa sebesar 515,58 juta dolar AS selama sebelas bulan periode Januari-November 2016.
“Perolehan devisa tersebut meningkat sebesar 16,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 443,29 juta dolar AS,” katanya.
menurut dia, perolehan devisa tersebut didominasi oleh pengapalan berbagai jenis matadangan hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang mampu memberikan andil sebesar 60,29 persen.
Hasil industri skala rumah tangga mampu menyumbangkan sebesar 136,072 juta dolar AS selama sebelas bulan tahun 2016, menurun 5,51 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 144,002 juta dolar AS.
Made Suastika juga mengatakan, pengapalan hasil kerajinan skala rumah tangga menghasilkan 174,75 juta dolar AS selama sebelas bulan tahun 2016, juga menurun 7,07 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 188,045 juta dolar AS.
Selain itu juga hasil perikanan dan kelautan mencapai 200,36 juta dolar AS, meningkat 86,14 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya hanya 107,64 juta dolar AS.
Sedangkan hasil perkebunan sebesar 1,107 juta dolar merosot hingga 37,70 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 1,77 juta dolar AS.
Pengapalan produk lain-lain sebesar 3,27 juta dolar AS, meningkat hingga 79,39 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 1,82 juta dolar AS.
Made Suastika mengharapkan Bali ke depannya bisa memiliki pelabuhan laut peti kemas berstandar internasional, sehingga semua pengapalan matadagangan ke luar negeri dapat dilakukan dari Bali sendiri, karena selama ini hanya 56,70 persen melalui Pelabuhan Benoa dan Bandara Internasional Ngurah Rai.
Sedangkan sisanya 43,30 persen melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 42,65 persen, Tanjung Priok Jakarta 0,15 persen dan Tanjung Emas Semarang 0,22 persen.
“Oleh sebab itu pelabuhan peti kemas berstandar internasional sangat mendesak bagi Bali dalam meningkatkan perolehan ekspor non migas daerah ini,” ungkap Made. (***)