Pelabuhan Krakatau Bandar Samudera (KBS) d Banten merupakan salah satu terminal yang mengembangkan konsep green port, selain Teluk Lamong di Surabaya Jawa Timur. Memasuki Pelabuhan yang komit memberikan service terbaik dan bermanfaat dalam industri kepelabuhanan dan yang terkait bagi stakeholders serta lingkungan sekitar, seraya menikmati sebuah taman.
Kanan kiri jalan masuk menuju kantor KBS maupun dermaga, dipenuhi dengan tumbuhan yang hijau rimbun. Gate utama masuk ke pelabuhan inipun sudah IT sistem, sehingga tak sembarang kendaraan dapat leluasa keluar masuk, jika tak dilengkapi dengan id card.
Reporter Ocean Week yang pada Rabu (17/5) mendapat kesempatan melongok ke pelabuhan dengan ditemani salah satu general manager KBS, Puji Winarto, dan Wakil Ketua APBMI Banten Muchsin, sangat terkesan dengan konsep green port KBS. Meski ada sebagian di wilayah dermaga yang terpolusi karena muatan kapal untuk bahan baku semen maupun steel.
Siang itu, cuaca di atas pelabuhan KBS sungguh menyengat, untungnya areal pinggir laut itu masih disemiliri angin segar, sehingga rasa panas terik yang menusuk badan sedikit tertangkal oleh hembusan angin. Pertama, tujuan kami melihat salah satu dermaga yang bersebelahan dengan dermaga yang dioperasikan PT Pelindo Ciwandan.
Kemudian kami menyempatkan melihat bongkar bungkil dari kapal SBI Flamenco dan kapal Botti Gliera. Lalu bergeser kesebelah mengamati kapal Warnow Jupiter yang tengah membongkar besi dengan PBMnya PT Multi Santana Baja.
Di dermaga lainnya, sedang ada kapal Latour dari Thailand juga sedang melakukan bongkar gibson. Dari sini kemudian Puji Winarto mengajak ke tempat lain lagi. Saat menuju ke dermaga VI, dia menceritakan bagaimana KBS berencana membangun fasilitas integrated Ware House seperti yang ada di terminal Teluk Lamong, menggunakan conveyor.
“Ground Breaking-nya sudah dilakukan pada akhir 2016 lalu,” ujar Puji sambil menunjukkan lokasi yang akan dibangun fasilitas itu.
Selang beberapa waktu, ternyata sudah masuk ke area dermaga VI, dimana sedang ada kapal Good Horizon yang sedang membongkar muatan bahan baku untuk pabrik baja. Di dermaga yang memiliki luas sekitar 8.125 meter2 itu, kondisinya cukup licin dan sangat berpolusi. Makanya, pihak KBS selalu mengupayakan melakukan penyemperotan air ke jalanan yang dari dan menuju dermaga tersebut.
“Sebenarnya pelabuhan di KBS ini sangat ideal, kedalamannya mencapai 20 meter, kapal-kapal besar dapat dilayani disini dengan aman,” tutur Puji.
Setelah cukup berinvestigasi di pelabuhan KBS, Ocean Week pun kemudian menemui Tonno Sapoetro, Dirut PT KBS. “Gemana kesannya setelah lihat KBS,” tanya Tono kepada Ocean Week sembari senyum.
Tonno yang didampingi Agung Wibowo, direktur operasi KBS kemudian memulai ceritanya. “KBS memulai operasi tahun 1996 dan fokus pada pengelolaan kepelabuhanan, awalnya mengelola pelabuhan Cigading Banten,” katanya.
Pada tahun 2010, menjadi badan usaha pertama di Indonesia yang mendapat ijin BUP dari Kemenhub. “Selain operator pelabuhan, kami juga melayani jasa pemanduan kapal, bongkar muat barang curah cair, curah kering, break bulk, alat berat, pergudangan pengarungan, konsolidasi dan distribusi barang, lalu jasa logistik, pelayanan jasa kawasan industri, serta pengelolaan gudang,” ucap Tonno serius.
“Saat ini throughput yang kami tangani mencapai 20 juta ton per tahun. Kami berharap pada tahun 2020 mampu tembus 30 juta ton,” katanya lagi.
Menurut Tonno, kegiatan terbesar yang dilayani KBS adalah curah. Bahkan barang curah menjadi andalan KBS, dan karena ini menjadikan KBS sebagai yang terbesar di Indonesia untuk pelabuhan curah.
Tonno juga membenarkan rencana membangun fasilitas integrated ware house, kerjasama investor dengan KBS. “Dengan integrated ware house bisa memangkas waktu kinerja bongkar, karena menggunakan conveyor masuk ke silo. Untuk tahap I dibangun 10 silo, dan dengan konsep ini kualitas bahan baku tetap terjaga. Cuma sampai sekarang masih terkendala ijin dari Pemerintah Kota Cilegon,” jelasnya.
Menaggapi obsesi KBS ke 30 juta ton, Tonno menyatakan, sekarang sudah merencanakan banyak strategi menuju ke arah itu. Misalnya dengan bekerjasama secara sinergi dengan semen Indonesia. “Mereka sudah membangun pabriknya disini, kami menyiapkan dermaganya. Selain itu ada pembangunan power plan, dermaganya juga kami yang siapkan,” ungkapnya.
Bukan hanya itu saja yang KBS lakukan. Kata Tonno, pihaknya pun terus melakukan peningkatan layanan profesional kepada para pelanggannya. Pelabuhan yang sudah comply ISPS-Code ini juga didukung dengan sistem manajemen yang berstandar ISO 9001:2008, ISO 14000, dan SMK3.
“Pada 2012 lalu, KBS sudah berhasil mengintegrasikan sistem manajemen mutu, diantaranya ISO 9001,2008, dan ISO 14001 2004 dan OHAS 18001, 2007,” ucap Tonno.
Tonno berharap, semua unsur di KBS, baik dari top manajemen sampai pegawai bawahan mengerti tentang visi dan misi perusahaan. “Jadi semua kompak dan mengerti visi dan misinya, sehingga nyambung, dan ini harus dimengerti mulai dari bawah sampai top manajemen,” katanya mengakhiri ceritanya dengan Ocean Week. (**)