Stakeholders pelabuhan menyatakan prihatin terhadap menurunnya pelayanan/service kapal maupun barang dan lambannya kinerja di JICT belakangan ini. Para pengguna jasa ini juga berharap diurungkannya rencana mogok pekerja terminal tersebut pada tanggal 3-10 Agustus 2017, meski hal itu bukan kejadian yang pertama.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum Asosiasi Depo Kontainer Empty Indonesia (Asdeki) H. Muslan, Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto, dan Sekjen Ginsi Erwin Taufan, mengungkapkan keprihatinannya tersebut melalui Ocean Week, yang dihubungi terpisah, Senin (24/7) pagi.
Sebab, ungkap mereka, aksi mogok itu dapat membawa citra JICT menjadi kurang baik di mata dunia. Padahal, saat ini pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang membangun citra pelabuhan di Jakarta ini ke dunia luar.

“Kami sangat prihatin dengan rencana mogok pekerja JICT itu, dan ini bukan yang pertama kali, isunya masih sama (tidak adanya kesepakatan antara manajemen dengan SP-red),” ungkap Yukki.
Sementara itu, Direktur Operasional Pelindo II Prasetyadi menegaskan bahwa masalah tersebut sedang dalam pembahasan manajemen. “Kami lagi koordinasikan dengan pihak-pihak terkait,” kata Prasetyadi kepada Ocean Week pagi ini.
Yukki juga mengungkapkan kalau rencana aksi mogok ini dinilainya tidak baik untuk JICT secara jangka panjang, karena apapun itu akan mengganggu pelayanan. Jadwal kapal menjadi kacau, bongkar muat kontainer pun bisa terlambat.
Namun, Ketua Asosiasi Freight Forwarder Asean (AFFA) ini yakin, pelaku shipping line pasti sudah mengantisipasinya. Bahkan, Yukki mendapat info jika pelayaran sudah banyak yang memindahkan kegiatannya ke dermaga lain di Priok.
“Oleh karena itu, kami berharap tidak terjadi delay kapal dan barang yang berakibat high cost, karena pada akhirnya pengguna jasa akan memilih yang servicenya baik dan tidak sering ada masalah,” ujarnya.
Ungkapan itupun terlontar dari Erwin Taufan. “Kami pemilik barang sangat rugi jika di JICT selalu begitu,” ungkapnya singkat.
Sedangkan Ketua Umum Asdeki, Muslan menyatakan jika masalah internal ini alangkah baiknya dirundingkan bersama untuk mencapai mufakat, karena ini bukan hanya menyangkut terhambatnya barang. “Tetapi ini menyangkut citra JICT sebagai pelabuhan besar dan nama Indonesia dipertaruhkan di mata dunia,” tutur Muslan.
Carmelita Hartoto juga berharap supaya persoalan internal antara manajemen JICT dengan Pekerja ini tidak mengorbankan service, terutama terhadap kegiatan kapal.
Harapan penyelesaian yang tuntas juga menjadi keinginan ALFI. “Kami berharap ada penyelesaian yang tuntas dan alangkah baiknya. Silakan sampaikan aspirasi tapi pelayanan dapat tetap dilakukan karena setahu saya pelabuhan itu daerah steril ada ketentuan sesuai undang-undang dan aturannya yang berlaku,” kata Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi.
Ketika Ocean Week mengkonfirmasian hal ini kepada Noval H, Ketua SP JICT, melalui WhatsApp, hingga berita ini ditulis belum ada jawaban.
Namun, semua pengguna jasa hanya berharap, rencana mogok itu tidak dilakukan, karena dapat berdampak negatif terhadap JICT, sehingga pekerja pun bisa rugi. (***)