Kalau kapal 10.000 TEUs dapat dilayani di pelabuhan Tanjung Priok, namun pelabuhan Baai Bengkulu cukup disandari kapal kontainer berbobot muatan 10.000 ton. Itupun karena alur dan kolam dermaga Baai sudah dikeruk.
Karena itu, manajemen PT Pelindo II Bengkulu terus berupaya meyakinkan pelayaran untuk dapat menggunakan pelabuhan ini sebagai salah satu kegiatannya. Apalagi Pelabuhan Baai Bengkulu ini masuk dalam posisi strategis menopang ekonomi sejumlah provinsi.
“Untuk meyakini pengusaha bahwa pelabuhan ini sudah siap menampung kapal besar, saya turun langsung meyakinkan mereka (pelayaran),” kata GM Pelindo II Bengkulu Drajat Sulistyo.
Sebagai contoh, bahwa dermaga Baai sudah dapat disandari kapal kontainer besar, terjadi pada Minggu (13/5) lalu. Kapal kontainer milik salah satu perusahaan pelayaran domestik berbobot muatan 10 ribu ton labuh di Baai.
Sebelum ini, sudah dua tahun terakhir kapal besar tidak dapat masuk ke kolam pelabuhan yang dioperasikan PT Pelindo II Cabang Bengkulu karena pendangkalan alur. Tetapi, setelah dikeruk, sekarang kapal besar sudah dapat sandar dan dilayani disini.
Sementara itu, Zamzami, salah satu Capten Kapal Meratus mengungkapkan, selama ini kapal masuk kesini terkendala dengan kedalaman alur. Makanya dia berharap komitmen PT Pelindo II dan Pemerintah Daerah Bengkulu serius dalam menjamin kelancaran arus transportasi dengan menjaga kedalaman alur hingga 10 meter.
“Bagi kami, bila kondisi alur pelabuhan terjamin kedalamannya itu merupkan modal utama dalam transportasi ini. Sebab, dengan kondisi alur yang dangkal, kapal dengan bobot besar milik kami ini sudah barang tentu tidak dapat bersandar,” ujarnya.
Zamzami juga menyatakan, tidak hanya kedalaman alur saja yang dirawat, namun pemerintah daerah diharapkan turut merangkul pengusaha lokal untuk menggunakan transportasi laut ini, sehingga saat keluar dari pelabuhan Bengkulu kapal tidak kosong muatan, sebaliknya dapat mengangkut hasil bumi seperti palawija, kopi dan, kebutuhan pokok lainnya.
“Sekarang ini setelah bongkar muatan, kapal kembali ke Jakarta dalam kondisi kosong. Padahal dengan hasil bumi Bengkulu yang terkenal akan kopi dan ladanya itu bisa memanfatkan jasa transportasi laut yang jauh lebih efisien,” ucapnya. (***)