Gubernur Sumsel Herman Deru menyatakan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memutuskan menunda membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) dan fokus untuk membangun pelabuhan Tanjung Carat untuk mendukung kegiatan perekonomian di wilayahnya, mengingat pelabuhan Boom Baru sudah over kapasitas.
Menanggapi rencana pembangunan pelabuhan Tanjung Carat apakah menggunakan APBN atau swasta, Direktur Kepelabuhanan Ditjen Hubla Subagio menyatakan bahwa Tanjung Carat itu masuk rencana pengembangan PT Pelindo II.
“Jadi kalau akan dibangun/dikembangkan ya pakai anggaran BUMN (PT. Pelindo II),” kata Subagio menjawab Ocean Week, Rabu siang, dari Denpasar, Bali.
Sementara itu, Silo Santoso GM Pelindo II Palembang mengungkapkan jika dirinya belum memperoleh informasi mengenai sumber dana pembangunan Tanjung Carat dari mana, apakah bersumber dari Pusat atau Pemprov Sumsel, atau dana lainnya. “Saya belum dapat info kepastiannya,” ujarnya.
Menurut pengganti Indra Sani Hidayat ini, saat ditanya mengenai pelabuhan Boom Baru apakah sudah over capacity, Silo mengatakan, kalau Boom Baru kondisi saat ini masih belum over capacity, namun jika untuk pengembangan kedepan sejalan dengan era industrialisasi perlu kajian lanjut apalagi posisinya berada di tengah kota Palembang yang sekarang semakin berkembang.
Sedangkan Indra Sani, mantan GM Pelindo Palembang menyatakan, bahwa rencana membangun Tanjung Carat itu lebih dkarenakan pertimbangan feasibility nya.
“Boom Baru menurut pendapat saya karena perkembangan kota Palembang yang cukup masif sehingga membuat lalu lintas semakin padat. Waktu masih disana (saat menjabat GM) saya sudah diskusi dengan pak dirjen Hubla (Agus Purnomo) tentang rencana memindahkan sebagian kegiatan ke pelabuhan kita yang masih idle yaitu di Sungai Lais (lebih ke arah muara dibanding Boom Baru),” cerita Indra mengenangnya.
Apalagi, ungkapnya, sebelum berakhir jabatannya, dirinya sempat melakukan gebrakan perbaikan jalan di Sungai Lais yang nantinya akan terhubung dengan jalan yang dibangun pemerintah dan dekat ke arah gerbang tol lintas Sumatra-Palembang dan Jambi.
Direktur Kepelabuhanan Hubla Subagio mengatakan belum bisa memberikan informasi yang panjang lebar karena dirinya masih dalam perjalanan ke Indonesia Timur.
“Silakan konfirmasi ke Pak Kabag Humas Hubla (Wisnu Wardaya),” ujarnya meminta Ocean Week mengkonfirmasi mengenai rencana pembangunan Tanjung Carat kepada Kabag Humas Hubla.
Sebelumnya, Gubernur Sumsel Herman Deru di Palembang, mengatakan keinginan untuk membangun Tanjung Carat, dan hal itu sudah disampaikan ke pihak yang berkepentingan (stakeholder), termasuk pemilik lahan dan BUMD Pemprov Sumsel PT Sriwijaya Mandiri Sumsel dan BUMD Pemkab Banyuasin PT Sei Sembilang.
“Prioritaskan dulu pelabuhannya, baru bicara aktivitasnya,” kata Herman Deru setelah rapat dengan stakeholder di antaranya Bupati Banyuasin Askolani dan pemilik lahan kawasan Ryamizard Ryacudu, Selasa (29/9).
Herman mengatakan langkah untuk membangun pelabuhan itu dapat dimulai pada 2021 karena telah mendapatkan persetujuan pemilik lahan, dalam hal ini diwakili PT Tri Patria.
Selain itu, dukungan juga sudah diberikan Pemkab Banyuasin yang memberikan persetujuan pemanfaatan lahan tersebut, dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai kawasan industri.
“Nanti pelabuhannya bisa dibangun, misal masuk dalam Proyek Strategi Nasional, atau Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau swasta murni, bisa juga bermitra karena ini butuh dana triliunan,” ungkapnya.
Sementara itu Direktur PT SMS Sarimuda mengatakan keputusan untuk lebih mengutamakan pembangunan pelabuhan itu lantaran produk yang dihasilkan KEK itu tidak mungkin diangkut di Pelabuhan Boom Baru Palembang.
“Ingin pelabuhan dulu agar hasil industri yang dibuat di KEK bisa diangkut. Di Boom Baru kan tidak bisa, karena kapasitasnya,” ujarnya.
Dia mengungkapkan pembangunan pelabuhan di Tanjung Carat itu sangat mungkin dilakukan karena berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan PT Pelindo sudah dinyatakan layak terkait kedalaman dan lainnya.
“Namun ada kemungkinan dilakukan studi ulang untuk mengetahui kondisi terkini, karena tahun 2021 ditargetkan jalan,” ujarnya.
Tapi dia tak menyangkal, untuk mewujudkan pelabuhan laut dalam ini bukan perkara mudah karena terkait dengan ketersediaan dana yang relatif besar. “Ya kendalanya memang ketersediaan dana,” jelasnya.
Sumatera Selatan yang merupakan daerah penghasil komoditas ekspor, sejak lama ingin memiliki pelabuhan laut dalam untuk menjadi feeder pengiriman barang langsung ke negara pembeli.
Semula pembangunan pelabuhan tersebut diproyeksikan di Tanjung Api-Api tapi kemudian berdasarkan analisis mendalam maka dialihkan ke Tanjung Carat.
Pelabuhan ini diharapkan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus yang terhubung dengan akses Tol Trans Sumatera. (ant/ow/**)