Ketua DPC INSA Kampung Yusirwan meminta agar Pelindo II Cabang Panjang mengevaluasi kembali terhadap penggunaan dermaganya yang dipakai untuk kegiatan kapal Ro-Ro milik PT Atosim Lampung Pelayaran (ALP). karena telah membuat banyak pelayaran non petikemas mengantre untuk sandar.
“Dermaga non petikemas di pelabuhan Panjang, satu diantaranya digunakan full 24 jam untuk kegiatan kapal milik Atosim, sehingga kapal-kapal general kargo terpaksa menggunakan dermaga lain dan mengantre. Saya minta Pelindo II Panjang mengevaluasi kembali pemanfaatan dermaga itu,” kata Yusirwan kepada Ocean Week, di sela acara Rakernas DPP INSA di Jakarta, Kamis (2/8).
Yusirwan juga mengkritik jika kapal-kapal Atosim sering menunggu muatan penuh. “Mestinya diatur bener jadwalnya, jangan terkesan dermaga milik Pelindo II Panjang itu diperuntukkan pelayarannya, tanpa mempertimbangkan pelayaran yang lain. Dalam 24 jam, seharusnya kalau Atosim dengan tiga kapal, bisa diatur melalui kecepatan bongkar muatnya, sehingga hanya perlu 18 jam, sisanya bisa digunakan untuk kegiatan kapal lain,” tegasnya.
Yusirwan juga menyatakan mendukung konsep full buffer area pelabuhan Panjang, karena Lampung memang memiliki potensi besar. “Saya setuju jika Panjang jadi back up full Tanjung Priok. Makanya sekarang perlu dikembangkan infrastrukturnya. Itu mesti dipikrikan bersama Pemprov Lampung,” ungkapnya.
Salah satu direksi Atosim ketika diminta tanggapannya mengenai itu, tidak bersedia komentar. “Mestinya kalau pelayaran dibisnis itu sudah tahulah,” ucapnya tanpa merinci apa yang dimaksudkan.
Meski didesak mengenai banyaknya yang iri terhadap Atosim karena terkesan mendapat perlakuan istimewa, direksi tadi tetap tidak mau bercerita.
Sementara itu, Dirut PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) Chiefy Adi K mengungkapkan bahwa sejak Mei 2018 lalu, pengelolaan dermaga ex presiden di Tanjung Priok yang digunakan untuk pelayaran Atosim, sekarang dikelola oleh IKT bukan PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) lagi.
“Kami sekarang sedang melakukan penataan terhadap fasilitas yang diserahkan dari PTP untuk kegiatan kendaraan di Priok, termasuk dermaga ex presiden. Kami akan minta agar Atosim meningkatkan bongkar muatnya, sehingga produktifitasnya meningkat dan tidak banyak menunggu,” ungkapnya per telpon, kamis sore.
Menurut Chiefy, nantinya pengelolaan yang ada di pelabuhan Panjang juga oleh IKT, bukan lagi Pelindo II Cabang Panjang.
Beberapa pengguna jasa Atosim di Priok sempat komplain dengan naiknya tarif angkut pelayaran tersebut. Misalnya tarif untuk penumpang ekonomi dewasa, sebelumnya Rp50.000 kini Rp150.000, tarif anak-anak Rp30.000 dan tarif baru Rp100.000, sepeda motor Rp110.000 dengan tarif baru menjadi Rp300.000 dan kendaraan Golongan IV sedan, Jeep dan sejenisnya, sebelumnya Rp450.000 menjadi Rp750.000. (***)