Dweling time di terminal petikemas di wilayah Pelindo III diklaim rata-rata 4,5 hari. Tercepat adalah di Surabaya 3,5 hari, sedangkan di Semarang masih 5 hari.
Angka itu menurut Direktur Utama PT Pelindo III Ari Askhara sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, di pelabuhan Tanjung Priok,dwelling time hanya tiga hari. Itu kata Menhub Budi Karya Sumadi beberapa waktu lalu.
Tetapi masalah yang dihadapi Kementrian Perhubungan adalah masih banyaknya kontainer yang menumpuk di pelabuhan tanjung Priok, karena akan membuat kegiatan ekspor terkendala.
“Saat ini, sekitar 30 persen masih menumpuk disana (di Priok). Padahal, sudah dikenakan tariff progresif, tapi masih saja menumpuk. sehingga hal ini akan mempengaruhi tempat, kinerja pelabuhan dan ekonomi barang,” kata Menhub Budi.
Namun, kata Ari, dwelling time tidak bisa dijadikan sebagai representatif logistik menjadi murah. “Dwelling time itu bukan segalanya. Di Thailand itu dwelling time 11 hari tidak masalah, karena ongkos logistiknya murah. Pengusaha itu, kalau dwelling time lama tapi biayanya rendah tidak masalah. Sebaliknya cepat tapi cost mahal mereka juga pusing,” ungkap Ari Askhara dalam keterangan tertulisnya yang diterima Ocean Week, Sabtu malam.
.Dirut juga menyatakan pihaknya terus berupaya melakukan efisiensi dengan memanfaatkan teknologi yang dimiliki perseroan untuk mengurangi biaya logistik di pelabuhan.
Ari menambahkan, Pelindo III sebagai operator hanya memiliki kontribusi sekitar satu persen dari total dwelling time di pelabuhan. Mengingat ada 18 kementerian dan lembaga yang mempunyai kewenangan perizinan dari total kegiatan di lalu lintas barang. Hal itulah yang membuat barang keluar dari pelabuhan memakan waktu. “Kalau di kita (Pelindo III) itu bahkan hanya 6 jam selesai,” kata Ari Askhara. (pld3/**)